ILMU LANGIT INDONESIA
MAJU INDONESIA JAYA SELALU INDONESIA KAMI BANGGA JADI INDONESIA
Selasa, 07 November 2017
Asma Tammah
Tawasul terlebih dahulu kepada :
TAUDZ 1X
BASMALAH 1X
ISTIGHFAR 7X
SYAHADAT 3X
SHOLAWAT 3X
LA HAULA 1X
Tawasul kepada:
NABI MUHAMMAD S.A.W
MALAIKAT JIBRIL.MIKAIL.ISROFIL.IZROIL A.S
SYEKH ABDUL QODIR JAILANI
BAPAK DAN IBU
SHOKHIBUL IJAZAH ……..
SHOKHIBUL HAJAT…BIN/BINTI…
A’uudzu biwaj’hillaahil kariim
Wa bikalimaatil laahit taammaatil latii laa yujaawizuhunna barrun wa laa faajirun
min syarri maa yanzilu minas’sama’i
Wa min syarri maaya’ ruju fiiha
Wa min syarri maa dzaro-a fiil ardhi
Wa min syarri ma yakh’ruju minhaa
Wa min fitanil laili wan nahaari
Wa min thowaariqil laili wan nahaari illa thooriqon
Yath’ruqu bikhoirin ya rahman.
Artinya : “Aku berlindung pada Tuhan Yang Maha Pemurah dan berpegang teguh pada kalimat-kalimatNYA yang sempurna yang tidak dapat diperangaruhi oleh siapapun juga, baik orang taat maupun orang fasik, dari kejahatan yang turun dari langit dan kejahatan yang naik ke langit, kejahatan yang ada dimuka bumi dan kejahatan yang keluar dari bumi, kejahatan fitnah-fitnah dan peristiwa yang membawa akibat buruk yang terjadi siang dan malam, kecuali peristiwa yang membawa kebaikan, Ya Tuhan kami yang Maha Rahman (Pengasih).”
Dibaca setiap hari, sampai hafal.
Tatalaku / Cara Menjalankan :
Puasa 3 hari dimulai dari hari lahir anda
Dibaca 113 x selama Puasa dan 7 x setiap sesudah sholat Fardhu
Fungsi / Kegunaan :
Untuk menjaga dari ganguan Mahluk Halus di rumah, perjalanan dll.
Untuk menolak Sihir, Teluh dan Santet apalagi Ilmu Hitam yg jelek/jahat
Berguna untuk yang akan menjalankan Keilmuan agar tidak datang mahluk yang mengganggu selama proses penyerapan ilmu.
Menyerang / mengirim pukulan Ghoib bersifat membakar (Sifatnya tidak langsung dalam Dzohir. Namun dapat kalau sdh mampu mengolah pemakaiannya)
Menyadarkan yang diganggu mahluk halus / Kesurupan
Cara Penggunaan :
Bacalah Do’a ini sebanyak 7x untuk membakar para mahluk halus yang jahat. Jika membandel dapat dibaca 41 x maka akan hangus
Untuk memukul lawan baca doa malam hari sebanyak 41x (cukup sebutkan namanya dan tujukan utk orang tersebut.)
Jika untuk memukul Dzohir : Pinta terlebih dahulu karomah Do’a ini dan alirkan ketelapak tangan anda, maka lawan akan ada bekas telapak tangan menghitam.
Untuk menyadarkan orang kesurupan bacakan ayat ini pada telapak tangan kita kemudian usapkan atau tiupkan diwajahnya.
Catatan :
Jangan kaget pada waktu pengamalan Do’a ini selama puasa, anda akan merasa panas dingin seperti Flu. Biarkan saja, karena itu sedang dalam proses penyerapan energi Do’a tersebut ke tubuh anda.
Jika selama pengamalan / mewirid doa ini mendengar orang menjerit biarkan saja. Atau memncium seperti rambut terbakar acuhkan saja, tetap konsentrasi pada bacaan.
Riwayat :
Ketika Rasulullah saw sedang dalam perjalanan israa’, sebelum sampai ketempat,. Disitu Nabi melihat Ifrit yang mengikuti dari belakang dengan obor api pembakar kebenaran hendak membinasakan Rasulullah SAW. Malaikat Jibril mengajarkan Do’a Tammah untuk menolak dan menghancurkan Ifrit tersebut. Kalimat itu dibaca oleh Rasulullah SAW maka Ifrit tersungkur jatuh dan terbakar.
Maka dengan ini kalimat tersebut diatas dapat dipergunakan untuk mengusir Ifrit dan setan yang hendak melemahkan keimanan kita dan untuk menghindarkan diri dari kejahatan manusia yang mengikuti nafsu setannya dan dari segala kejahatan & bencana apa saja yang ada di dunia ini.
PANGERAN WALANGSUNGSANG / PANGERAN CAKRABUANA / SYEIKH MURSYAHADATILLAH AL-CHIRBONI
PANGERAN WALANGSUNGSANG / PANGERAN CAKRABUANA / SYEIKH MURSYAHADATILLAH AL-CHIRBONI
Menurut
babat, Syeikh Mursyahadatillah yang nama asli ketika mudanya Pangeran
Walangsungsang adalah putra Raja Pajajaran IX, lengkapnya Pangeran
Walangsungsang bin Prabu Siliwangi bin Raja Mundingkawati bin Angga
Larang bin Banyak Wangi bin Banyak Larang bin Susuk Tunggal bin Wastu
Kencana bin Lingga bin Linggahiang bin Ratu Sari Purba bin Raja Ciung
Wanara.
Disamping itu masih ada beberapa julukan lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Gagak Lumayung, Nama julukan ketika menjadi Pendekar
2. Mbah Kuwu Sangkan, Nama julukan ketika menjabat sebagai kuwu cerbon ke II
3. Pangeran Cakrabuana, Nama julukan setelah berhasil menyempurnakan ilmu cakrabirawa warisan dari mbah kuwu cerbon I dan babat tanah Cirebon
4. Somadullah, Nama julukan karena mampu menyelesaikan pendidikannya di Samodra Pasai dan Jazirah Arab
5. Abdullah Iman, Nama julukan yang diberikan sang Guru sekembalinya ia menunaikan ibadah Haji di Tanah Suci Mekkah
6. Sri Mangara, Nama julukan ketika ia di anggkat menjadi kuwu Cirebon menggantikan sang mertua Ki Gde Alang alang
7. Syeikh Mursyahadatillah, Nama julukan setelah menghabiskan hari-hari tuanya untuk kerja dawah
Sementara Ibunya bernama Ratu Subang larang atau Subang Rancang Putri Ki Gedeng Tapa Mangkubumi Singapura atau Martasinga yang memeluk agama Islam di Pesantren Quro Kerawang asuhan Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni.
Ibunya merupakan pelanjut perintisan Islam di Cirebon hasil didikan pamannya yang menjadi peletak dasar tumbuh dan berkembangnya penganut-penyiar agama Islam ditatar Sunda, dikenal sebagai Syeikh Baharuddin alias Syeikh Maulana Syafiuddin alias Haji Purwa alias Ki Gde Bratalegawa.
Pangeran Cakrabuwana lahir dikeraton Pajajaran bertepatan dengan Tahun 1423 Masehi. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik, kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana Pajajaran. Setelah dewasa ia melarikan diri dari Istana dan pergi menuju Gunung Dihyang yang terletak di Padepokan Resi Danuwarsih, masuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan. Resi Danuwarsih adalah seorang Pendeta Budha yang menjadi penasehat Keraton Galuh, ketika Ibukota Kerajaan masih di Karang Kamulyan Ciamis. Sulit dibayangkan bagaimana keteguhan Sang Pangeran yang muslim, berguru kepada seorang Pendeta yang secara lahiriah masih beragama Budha. Mungkin saja secara hakiki sang Danuwarsih sudah Islam meskipun tingkah lakunya masih Hindu-Budha. Tetapi yang Jelas kedatangan Putra Sulung Prabu Siliwangi di Padepokan Gunung Dihyang disambut suka cita oleh pendeta Danuwarsih. Dan untuk menyempurnakan kegembiraan tersebut, sang Guru menikahkan putrid satu-satunya yang bernama Endang Geulis.
Darinyalah lahir seorang putri yang bernama Nyai Mas Pakungwati yang kelak kemudian hari menjadi permaisuri Kanjeng Sunan Gunung jati.
Menurut naskah Pustaka Negara Kretabumi, diterangkan bahwa tempat Padepokan Ki Gde Danuwarsih adalah Parahiyangan Bang Wetan.
Sementara menurut penelitian Yosrph Iskandar yang diprakarsai LEMLIT UNPAS disebutkan bahwa di kaki Gunung Dieng terdapat beberapa situs Pangeran Cakrabuwana :
Pertama, Makam keramat Sembah Wali Tanduran, yang diduga bekas petilasan Sang pangeran pajajaran.
Kedua, Makam Pajajaran dibukit Sigabung, diperkirakan petilasan tempat Pangeran Cakrabuwana melakukan tafakur untuk mencari jati diri dan Sangkan Paraning Dumadi.
Ketiga, Makam Pajajaran di Pacalan Kampung Sebelas, diyakini sebagai tempat tinggal Putra Mahkota Kerajaan Pajajaran.
Setelah melihat peta lokasi, petilasan-petilasan tersebut dapat dihubungkan melalui garis lurus, terbentang antara gunung Dieng sampai Cirebon. Berdasarkan identifikasi tersebut, mungkin saja Pangeran Cakrabuwana pernah tinggal di Padepokan agama Budha di datran tinggi Dieng atau barangkali pada masa itu dataran tinggi Dieng masih termasuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan sebagaimana diterangkan dalam naskah Pustaka Negara Kretabumi.
Disamping mendapatkan keturunan dari putrid Ki Gde Danuwarsih, Pangeran Cakrabuwana juga memperoleh beberapa putra dari istri yang lain yaitu :
1. Dari Putri Kamboja,
Nyai Mas Sejati dikaruniai 7 (tujuh) orang anak antara lain :
1. Nyai Mas Rara Kanda
2. Nyai Mas Rara Sejati
3. Nyai Jati Marta
4. Nyai jamaras
5. Nyai Mas Campa
6. Nyai Rasa Melasi
7. Nyai Mas Merta Singa.
2. Dari Putri Ki Gde Alang-alang,
Yang bernama Nyi Mas Ratna Riris dikaruniai seorang anak yang bernama Pangeran Carbon yang kemudian dibesarkan dibawah asuhan kakanya di Cirebon Girang
3. Dari Putri Ki Gde Suranaya,
Penguasa Sidapurna yang bernama Nyi Mas Wandansari dikaruniai seorang anak yang bernama Maulana Arifin. Maulana Arifin inilah yang kelak berjodoh dengan adiknya Ki Gde Loragung yang bernama Nyi Mas Ratu Selawati
Selain Panglima Ulung, Pangeran Cakrabuwana adalah pencipta Kebudayaan pasundan Islami.
Dalam masa 4 abad lamanya yaitu menaklikan Pajajaran, Keraton Ayahandanya yang Hindu. Karena itu ia diberi gelar kehormatan Pangeran Cakrabuwana.
Pangeran Cakrabuwana mulai memerintah Cirebon pada tanggal 1 Suro tahun 1445 Masehi. Waktu itu ia belum mencapai usia 22 tahun. Memang masih terlalu muda, tetapi ia mampu memegang kendali pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 hingga tahun 1479.
Pangeran Cakrabuwana, adalah orang kuat dalam catatan sejarah Islam Tanah pasundan, ia bukan saja dikenal sebagai penakluk dan Panglima Perang yang ulung dan sukses, tetapi juga memiliki criteria kepeloporan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban yang sangat tinggi. Ia senantiasa menaruh perhatian besar terhadap berbagai macam Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Seni Budaya, melestarikan dan mengembangkannya.
Ayahnya, Prabu Siliwangi telah mencurahkan perhatian dan mendidiknya dengan Ilmu Kemiliteran, Politik dan Kesaktian sejak kecil. Dan demi mencerdaskannya ia diserahkan kepada ulama-ulama besar pada zamannya yang menguasai bidang kajian Ilmu Agama Islam, Sastra, Falak dan Kesaktian. Sejarah lain menyebutkan bahwa pangeran cakrabuana lari dari keraton pajajaran karena ingin memperdalam ajaran agama islam. Mereka adalah :
-Syeikh Qurotullain,
- Syeikh Nurjati,
- Syeikh Bayanillah,
- Ki Gde Danuwarsi,
- Ki Gde Naga Kumbang dan
-Ki Gde Bango Cangak dsb.
Beberapa ilmu kanuragan yang pernah diciptakan mbah kuwu sangkan antara lain:
-aji sahadat cirebon
-aji qutho qosot
-aji cakrabirawa
-aji sahadat majmal
-aji Ilmu Pancawarna Tunggal Jati
dan lain-lain
Ketika Prabu Siliwangi masih memerintah di Kerajaan Pajajaran, Pangeran Cakrabuwana sebagai anak masih menaruh rasa hormat dan segan kepada Kerajaan Pajajaran. Tetapi ketika Ayahandanya telah tiada, rasa hormat dan keseganan Cirebon kepada pajajaran menjadi sirna. Prabu Surawisesa sebagai penerus Sang Prabu Siliwangi benar-benar harus berpikir dan bekerja keras untuk mempertahankan kejayaan Kerajaan Pajajaran.
Panji-panji Islam mulai berkibar di Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Sumedang, Purwakarta, Kerawang, Priangan, Bogor yang kemudian merambat ke BANTEN.
Dengan demikian wilayah Keraton Cirebon menjadi satu antara bagian utara dan selatan, antara Cirebon dan Banten. Dan Ibukota Kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk. Disanalah kemudian didirikan Keraton baru dinamakan Keraton Pakungwati.
Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Keraton Cirebon adalah Pangeran Cakrabuwana. Namun, orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah Kesultanan adalah Syeikh Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung jati. Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuwana. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan juga Banten.
Sementara kehidupan Pangeran Cakrabuwana dimasa tuanya memang sesuai dengan kehidupan orang-orang darwis. Ia selalu mengembara ke berbagai tempat. Sekali waktu ia diberitakan berada di pajajaran dan dijuluki sebagai Garantang Setra Walangsungsang . Pada saat lain lagi diberitakan pula bahwa ia sudah berada di bagian kulon jawa dikenal dengan julukanPangeran Gagak Lumayung, dan pada kesempatan lain ia sudah berada di kawasan Cirebon terus dikenal dengan nam Syeikh Mursyahadatillah. Di bagian Jawa Barat bagian Selatan ia mengumumkan dirinya dengan nama Sunan Rahmat Suci.
Akhirnya pada Tahun 1529 masehi, Pangeran Cakrabuwana yang dikenal dengan Syeikh Mursyahadatillah pulang Kerahmatullah. Kehilangan “Wong Agung Cirebon Seuweu Siliwangi.
PangeranCakrabuwana alias Haji Abdullah Iman alias Somadullah alias Syeikh Mursyahadatillah yang sangat disegani dikawasan timur, mempengaruhi suasana duka kerabat Keraton Cirebon. Dialah yang sebenarnya direstui Sri Baduga Maharaja Siliwangi untuk menjadi Penguasa Kerajaan Pakungwati Cirebon sebagai Sri Mangana.
Dialah peletak dasar fondasi Islam di Jawa Barat. Tanpa bimbingan dan kerelaan hati dirinya, tidak mungkin Syeikh Syarif Hidayatullah naik tahta menjadi Susuhunan Jati, walaupun didukung oleh para Wali Songo lainnya. Dialah sebagai pelindung posisi Syeikh Syarif Hidayatullah sebagai anak adiknya, dan sekaligus sebagai menantunya.
Pangeran Cakrabuwana atau Mbah Kuwu Sangkan atau Syeikh Mursyahadatillah dimakamkan di Keramat Gunung Sembung yang telah dibangun sebelumnya di atas Komplek Masjid yang tiang sakanya merupakan hadiah Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni yang lebih dikenal sebagai Syeikh Quro Kerawang. Masjid inilah yang kemudian popular dengan MASJID CIPTARASA.
.
Dimanakah Makam Prabu Kian Santang?
Setelah sekian banyak catatan sejarah yang sudah saya baca dan makam/kuburan yang dianggap sebagai makam Prabu Kian Santang yang sudah saya kunjungi, akan tetapi pertanyaan tersebut [judul di atas] sampai saat ini belum saya temukan jawabannya secara pasti, bahkan semakin banyak saya cari tau, semakin tidak jelas dimanakah makam sebenarnya, Prabu Kian Santang.
Prabu Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang atau Sunan Rohmat atau Sunan Godog atau Ki Samadullah atau Abdullah Iman atau Pangeran Cakrabuana atau Hurang Sasakan atau Sri Mangana atau Gagak Lumayung atau Maulana Ifdil Hanafi atau Haji Tan Eng Hoat dilahirkan sekitar tahun 1423 M merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yaitu Nyai Rara Santang atau Nyai Hajjah Syarifah Mudhaim lahir sekitar tahun 1426 M dan Raja Sangara lahir sekitar tahun 1428 M. Dari hasil perkawinan antara Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang atau Nyai Subang Karancang.
Sejarah hidup Prabu Kian Santang juga terdiri dari beberapa versi, akan tetapi sejarah hidup beliau yang paling terkenal terutama oleh kalangan masyarakat Jawa Barat adalah awal mula beliau memeluk agama Islam.
Dalam Babad Godog diceritakan bahwa Kian Santang muda saat itu adalah seorang yang sangat sakti, sampai-sampai beliau tidak pernah melihat darahnya sendiri. Jiwa mudanya yang bergelora membawa beliau berkelana mencari orang yang sanggup mengalahkan beliau sampai beliau dapat melihat darahnya sendiri, hingga pada suatu saat beliau mendengar bahwa di daerah arab ada seorang yang sangat sakti mandra guna. Dengan ilmu napak sancangnya (dapat berjalan di atas air) beliau sampai di wilayah arab dan bertemu dengan orang tua di pinggir pantai, dan singkat cerita mereka bertemu dan berkenalan sehingga orang tua tersebut mengajak beliau ke rumahnya dan orang tua tersebut berjanji akan mempertemukan dengan orang sakti yang dicarinya, dalam perjalanan ke rumah, tongkat orang tua tersebut tertancap dipasir, dan orang tua tersebut meminta bantuan Kian Santang untuk mengambilkannya, akan tetapi walaupuan seluruh ilmu kedigjayaan yang beliau miliki digunakan untuk mencabut tngkat tersebut, tetap saja tongkat tidak dapat diambil, sampai akhirnya keluar darah dari pori-pori tangan kian santang.
Dari kejadian tersebut Kian Santang baru menyadari bahwa orang tua yang bertemu dengannya adalah orang yang dicarinya, orang tua tersebut adalah Syaidina Ali bin Abu Thalib ra., akhirnya beliau pun insyaf atas kesombongannya dan memeluk agama Islam.
Dalam cerita lain pula ada yang menyebutkan bahwa beliau memeluk Islam dibaiat langsung oleh Rasulullah SAW., kedua kisah tersebut jika dirunut berdasarkan periode waktu beliau di lahirkan dengan periode Rasulullah dan para Sahabat sangat terpaut jauh periodenya yaitu sekitar kurang lebih delapan abad. Wallahualam…
Berdasarkan sumber lain di ceritakan pula bahwa beliau sudah memeluk agama Islam sejak kecil/lahir, karena beliau adalah cucu dari Syekh Quro dari karawang, ayah dari ibunya yaitu Nyai Subang Larang. Kemudian beliau belajar agama Islam pada Syekh Datuk Kahfi di Cirebon, dan pergi ke tanah suci untuk melakukan haji sekaligus memperdalam ilmu agama Islam bersama adiknya yaitu Nyai Rara Santang.
Setelah kembali ke tanah Jawa, beliau mendirikan kerajaan Cirebon dan menyebarkan agama Islam, sampai suatu waktu beliau mengajak ayahnya yaitu Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam, tapi walau pun Prabu Siliwangi sudah menyadari bahwa agama Islam adalah agama yang benar, karena Nyai Subang Larang istri Prabu Siliwangi, Ibunda Kian santang Sendiri adalah seorang muslimah, akan tetapi ayah beliau Prabu Siliwangi belum diberikan hidayah oleh Allah SWT. untuk memeluk agama Islam.
Sampai terjadilah suatu kejadian yang terkenal pula kisahnya dikalangan masyarakat Jawa Barat yaitu kisah dikejar-kejarnya Prabu Siliwangi oleh Kian Santang dan dalam proses pengejaran itu masing-masing menggunakan ilmu nurus bumi yaitu berlari dibawah tanah. Sampai di sebuah hutan di daerahTasikmalaya Garut yang bernama hutan Sancang mereka bertemu dan bertarung mengadu kesaktian.
Akan tetapi Prabu Siliwangi kalah dalam pertarungan tersebut dan Prabu Siliwangi dengan kebijaksanaanya mempersilahkan pengikutnya untuk mengikuti ajaran Kian Santang, cerita ini termaktub dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi.
Perjalan panjang hidup Kian Santang yang berkelana antara wilayah tatar Sunda dan Cirebon, hal ini lah menjadikan makam beliau ada dimana-mana yaitu diantaranya di komplek pemakamam Gunung Jati Cirebon, di daerah Godog Garut Jawa Barat, di daerah hutan Sancang Garut Jawa Barat, dan dibeberapa tempat lainnya. Dan untuk makam asli beliau tidak ada yang tau pasti, tapi jika mengikuti perjalanan sejarah, makam yang berada di komplek pemakaman kesultanan Cirebon yang ada di wilayah Gunung Jati, yang lebih mendekati kebenaranan.
Makam yang berada ditempat lain hanya merupakan suatu simbol yang dibuat oleh masyarakat diwilayah tersebut yang menunjukan bahwa beliau pernah ke wilayah tersebut (patilasan [sunda: bekas singgah]). Hal ini sama seperti makam-makam seorang nabi yang berada di beberapa tempat
Demikian sekelumit riwayat singkat Babad a Diatas , Wallohu a`lam bishshowab .
Jika anda mengetahui info lebih atau ada kesalahan penulis tentang ini silahkan komen dengan santun.
ucapan trimakasi kepada :
-warga dan sesepuh cirebon
-bapak kastamin sesepuh blok/ rancabolang bringin
-ustadz juhari sunanta s.pd.l blok/tumaritis galagamba
-ustadz abdul rozaq blok/dukumire galagamba
-ustadz epek supendi blok/ kebongedang ciwaringin
-ustadz abdul rohman blok/ karanganyar panguragan kulon
-sodara ahmad khidir blok/ karanganyar panguragan kulon
-sodara yunus blok/tengger slangit
-sodara sukendar blok/dukumire galagamba
-sodara dedi boyeng blok/kebo geyongan
-sodara haryanto blok/ rancabolang bringin
Dari kisah sejarah ini semoga menjadikan kita mengenal menghormati akan jasa-jasa para leluhur kita dan bisa mendoakan beliau , aamiin..
semoga bermanfaat bagi kami tim admin khususnya dan anda sekalian pada umumnya.
Disamping itu masih ada beberapa julukan lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Gagak Lumayung, Nama julukan ketika menjadi Pendekar
2. Mbah Kuwu Sangkan, Nama julukan ketika menjabat sebagai kuwu cerbon ke II
3. Pangeran Cakrabuana, Nama julukan setelah berhasil menyempurnakan ilmu cakrabirawa warisan dari mbah kuwu cerbon I dan babat tanah Cirebon
4. Somadullah, Nama julukan karena mampu menyelesaikan pendidikannya di Samodra Pasai dan Jazirah Arab
5. Abdullah Iman, Nama julukan yang diberikan sang Guru sekembalinya ia menunaikan ibadah Haji di Tanah Suci Mekkah
6. Sri Mangara, Nama julukan ketika ia di anggkat menjadi kuwu Cirebon menggantikan sang mertua Ki Gde Alang alang
7. Syeikh Mursyahadatillah, Nama julukan setelah menghabiskan hari-hari tuanya untuk kerja dawah
Sementara Ibunya bernama Ratu Subang larang atau Subang Rancang Putri Ki Gedeng Tapa Mangkubumi Singapura atau Martasinga yang memeluk agama Islam di Pesantren Quro Kerawang asuhan Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni.
Ibunya merupakan pelanjut perintisan Islam di Cirebon hasil didikan pamannya yang menjadi peletak dasar tumbuh dan berkembangnya penganut-penyiar agama Islam ditatar Sunda, dikenal sebagai Syeikh Baharuddin alias Syeikh Maulana Syafiuddin alias Haji Purwa alias Ki Gde Bratalegawa.
Pangeran Cakrabuwana lahir dikeraton Pajajaran bertepatan dengan Tahun 1423 Masehi. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik, kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana Pajajaran. Setelah dewasa ia melarikan diri dari Istana dan pergi menuju Gunung Dihyang yang terletak di Padepokan Resi Danuwarsih, masuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan. Resi Danuwarsih adalah seorang Pendeta Budha yang menjadi penasehat Keraton Galuh, ketika Ibukota Kerajaan masih di Karang Kamulyan Ciamis. Sulit dibayangkan bagaimana keteguhan Sang Pangeran yang muslim, berguru kepada seorang Pendeta yang secara lahiriah masih beragama Budha. Mungkin saja secara hakiki sang Danuwarsih sudah Islam meskipun tingkah lakunya masih Hindu-Budha. Tetapi yang Jelas kedatangan Putra Sulung Prabu Siliwangi di Padepokan Gunung Dihyang disambut suka cita oleh pendeta Danuwarsih. Dan untuk menyempurnakan kegembiraan tersebut, sang Guru menikahkan putrid satu-satunya yang bernama Endang Geulis.
Darinyalah lahir seorang putri yang bernama Nyai Mas Pakungwati yang kelak kemudian hari menjadi permaisuri Kanjeng Sunan Gunung jati.
Menurut naskah Pustaka Negara Kretabumi, diterangkan bahwa tempat Padepokan Ki Gde Danuwarsih adalah Parahiyangan Bang Wetan.
Sementara menurut penelitian Yosrph Iskandar yang diprakarsai LEMLIT UNPAS disebutkan bahwa di kaki Gunung Dieng terdapat beberapa situs Pangeran Cakrabuwana :
Pertama, Makam keramat Sembah Wali Tanduran, yang diduga bekas petilasan Sang pangeran pajajaran.
Kedua, Makam Pajajaran dibukit Sigabung, diperkirakan petilasan tempat Pangeran Cakrabuwana melakukan tafakur untuk mencari jati diri dan Sangkan Paraning Dumadi.
Ketiga, Makam Pajajaran di Pacalan Kampung Sebelas, diyakini sebagai tempat tinggal Putra Mahkota Kerajaan Pajajaran.
Setelah melihat peta lokasi, petilasan-petilasan tersebut dapat dihubungkan melalui garis lurus, terbentang antara gunung Dieng sampai Cirebon. Berdasarkan identifikasi tersebut, mungkin saja Pangeran Cakrabuwana pernah tinggal di Padepokan agama Budha di datran tinggi Dieng atau barangkali pada masa itu dataran tinggi Dieng masih termasuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan sebagaimana diterangkan dalam naskah Pustaka Negara Kretabumi.
Disamping mendapatkan keturunan dari putrid Ki Gde Danuwarsih, Pangeran Cakrabuwana juga memperoleh beberapa putra dari istri yang lain yaitu :
1. Dari Putri Kamboja,
Nyai Mas Sejati dikaruniai 7 (tujuh) orang anak antara lain :
1. Nyai Mas Rara Kanda
2. Nyai Mas Rara Sejati
3. Nyai Jati Marta
4. Nyai jamaras
5. Nyai Mas Campa
6. Nyai Rasa Melasi
7. Nyai Mas Merta Singa.
2. Dari Putri Ki Gde Alang-alang,
Yang bernama Nyi Mas Ratna Riris dikaruniai seorang anak yang bernama Pangeran Carbon yang kemudian dibesarkan dibawah asuhan kakanya di Cirebon Girang
3. Dari Putri Ki Gde Suranaya,
Penguasa Sidapurna yang bernama Nyi Mas Wandansari dikaruniai seorang anak yang bernama Maulana Arifin. Maulana Arifin inilah yang kelak berjodoh dengan adiknya Ki Gde Loragung yang bernama Nyi Mas Ratu Selawati
Selain Panglima Ulung, Pangeran Cakrabuwana adalah pencipta Kebudayaan pasundan Islami.
Dalam masa 4 abad lamanya yaitu menaklikan Pajajaran, Keraton Ayahandanya yang Hindu. Karena itu ia diberi gelar kehormatan Pangeran Cakrabuwana.
Pangeran Cakrabuwana mulai memerintah Cirebon pada tanggal 1 Suro tahun 1445 Masehi. Waktu itu ia belum mencapai usia 22 tahun. Memang masih terlalu muda, tetapi ia mampu memegang kendali pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 hingga tahun 1479.
Pangeran Cakrabuwana, adalah orang kuat dalam catatan sejarah Islam Tanah pasundan, ia bukan saja dikenal sebagai penakluk dan Panglima Perang yang ulung dan sukses, tetapi juga memiliki criteria kepeloporan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban yang sangat tinggi. Ia senantiasa menaruh perhatian besar terhadap berbagai macam Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Seni Budaya, melestarikan dan mengembangkannya.
Ayahnya, Prabu Siliwangi telah mencurahkan perhatian dan mendidiknya dengan Ilmu Kemiliteran, Politik dan Kesaktian sejak kecil. Dan demi mencerdaskannya ia diserahkan kepada ulama-ulama besar pada zamannya yang menguasai bidang kajian Ilmu Agama Islam, Sastra, Falak dan Kesaktian. Sejarah lain menyebutkan bahwa pangeran cakrabuana lari dari keraton pajajaran karena ingin memperdalam ajaran agama islam. Mereka adalah :
-Syeikh Qurotullain,
- Syeikh Nurjati,
- Syeikh Bayanillah,
- Ki Gde Danuwarsi,
- Ki Gde Naga Kumbang dan
-Ki Gde Bango Cangak dsb.
Beberapa ilmu kanuragan yang pernah diciptakan mbah kuwu sangkan antara lain:
-aji sahadat cirebon
-aji qutho qosot
-aji cakrabirawa
-aji sahadat majmal
-aji Ilmu Pancawarna Tunggal Jati
dan lain-lain
Ketika Prabu Siliwangi masih memerintah di Kerajaan Pajajaran, Pangeran Cakrabuwana sebagai anak masih menaruh rasa hormat dan segan kepada Kerajaan Pajajaran. Tetapi ketika Ayahandanya telah tiada, rasa hormat dan keseganan Cirebon kepada pajajaran menjadi sirna. Prabu Surawisesa sebagai penerus Sang Prabu Siliwangi benar-benar harus berpikir dan bekerja keras untuk mempertahankan kejayaan Kerajaan Pajajaran.
Panji-panji Islam mulai berkibar di Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Sumedang, Purwakarta, Kerawang, Priangan, Bogor yang kemudian merambat ke BANTEN.
Dengan demikian wilayah Keraton Cirebon menjadi satu antara bagian utara dan selatan, antara Cirebon dan Banten. Dan Ibukota Kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk. Disanalah kemudian didirikan Keraton baru dinamakan Keraton Pakungwati.
Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Keraton Cirebon adalah Pangeran Cakrabuwana. Namun, orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah Kesultanan adalah Syeikh Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung jati. Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuwana. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan juga Banten.
Sementara kehidupan Pangeran Cakrabuwana dimasa tuanya memang sesuai dengan kehidupan orang-orang darwis. Ia selalu mengembara ke berbagai tempat. Sekali waktu ia diberitakan berada di pajajaran dan dijuluki sebagai Garantang Setra Walangsungsang . Pada saat lain lagi diberitakan pula bahwa ia sudah berada di bagian kulon jawa dikenal dengan julukanPangeran Gagak Lumayung, dan pada kesempatan lain ia sudah berada di kawasan Cirebon terus dikenal dengan nam Syeikh Mursyahadatillah. Di bagian Jawa Barat bagian Selatan ia mengumumkan dirinya dengan nama Sunan Rahmat Suci.
Akhirnya pada Tahun 1529 masehi, Pangeran Cakrabuwana yang dikenal dengan Syeikh Mursyahadatillah pulang Kerahmatullah. Kehilangan “Wong Agung Cirebon Seuweu Siliwangi.
PangeranCakrabuwana alias Haji Abdullah Iman alias Somadullah alias Syeikh Mursyahadatillah yang sangat disegani dikawasan timur, mempengaruhi suasana duka kerabat Keraton Cirebon. Dialah yang sebenarnya direstui Sri Baduga Maharaja Siliwangi untuk menjadi Penguasa Kerajaan Pakungwati Cirebon sebagai Sri Mangana.
Dialah peletak dasar fondasi Islam di Jawa Barat. Tanpa bimbingan dan kerelaan hati dirinya, tidak mungkin Syeikh Syarif Hidayatullah naik tahta menjadi Susuhunan Jati, walaupun didukung oleh para Wali Songo lainnya. Dialah sebagai pelindung posisi Syeikh Syarif Hidayatullah sebagai anak adiknya, dan sekaligus sebagai menantunya.
Pangeran Cakrabuwana atau Mbah Kuwu Sangkan atau Syeikh Mursyahadatillah dimakamkan di Keramat Gunung Sembung yang telah dibangun sebelumnya di atas Komplek Masjid yang tiang sakanya merupakan hadiah Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni yang lebih dikenal sebagai Syeikh Quro Kerawang. Masjid inilah yang kemudian popular dengan MASJID CIPTARASA.
.
Dimanakah Makam Prabu Kian Santang?
Setelah sekian banyak catatan sejarah yang sudah saya baca dan makam/kuburan yang dianggap sebagai makam Prabu Kian Santang yang sudah saya kunjungi, akan tetapi pertanyaan tersebut [judul di atas] sampai saat ini belum saya temukan jawabannya secara pasti, bahkan semakin banyak saya cari tau, semakin tidak jelas dimanakah makam sebenarnya, Prabu Kian Santang.
Prabu Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang atau Sunan Rohmat atau Sunan Godog atau Ki Samadullah atau Abdullah Iman atau Pangeran Cakrabuana atau Hurang Sasakan atau Sri Mangana atau Gagak Lumayung atau Maulana Ifdil Hanafi atau Haji Tan Eng Hoat dilahirkan sekitar tahun 1423 M merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yaitu Nyai Rara Santang atau Nyai Hajjah Syarifah Mudhaim lahir sekitar tahun 1426 M dan Raja Sangara lahir sekitar tahun 1428 M. Dari hasil perkawinan antara Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang atau Nyai Subang Karancang.
Sejarah hidup Prabu Kian Santang juga terdiri dari beberapa versi, akan tetapi sejarah hidup beliau yang paling terkenal terutama oleh kalangan masyarakat Jawa Barat adalah awal mula beliau memeluk agama Islam.
Dalam Babad Godog diceritakan bahwa Kian Santang muda saat itu adalah seorang yang sangat sakti, sampai-sampai beliau tidak pernah melihat darahnya sendiri. Jiwa mudanya yang bergelora membawa beliau berkelana mencari orang yang sanggup mengalahkan beliau sampai beliau dapat melihat darahnya sendiri, hingga pada suatu saat beliau mendengar bahwa di daerah arab ada seorang yang sangat sakti mandra guna. Dengan ilmu napak sancangnya (dapat berjalan di atas air) beliau sampai di wilayah arab dan bertemu dengan orang tua di pinggir pantai, dan singkat cerita mereka bertemu dan berkenalan sehingga orang tua tersebut mengajak beliau ke rumahnya dan orang tua tersebut berjanji akan mempertemukan dengan orang sakti yang dicarinya, dalam perjalanan ke rumah, tongkat orang tua tersebut tertancap dipasir, dan orang tua tersebut meminta bantuan Kian Santang untuk mengambilkannya, akan tetapi walaupuan seluruh ilmu kedigjayaan yang beliau miliki digunakan untuk mencabut tngkat tersebut, tetap saja tongkat tidak dapat diambil, sampai akhirnya keluar darah dari pori-pori tangan kian santang.
Dari kejadian tersebut Kian Santang baru menyadari bahwa orang tua yang bertemu dengannya adalah orang yang dicarinya, orang tua tersebut adalah Syaidina Ali bin Abu Thalib ra., akhirnya beliau pun insyaf atas kesombongannya dan memeluk agama Islam.
Dalam cerita lain pula ada yang menyebutkan bahwa beliau memeluk Islam dibaiat langsung oleh Rasulullah SAW., kedua kisah tersebut jika dirunut berdasarkan periode waktu beliau di lahirkan dengan periode Rasulullah dan para Sahabat sangat terpaut jauh periodenya yaitu sekitar kurang lebih delapan abad. Wallahualam…
Berdasarkan sumber lain di ceritakan pula bahwa beliau sudah memeluk agama Islam sejak kecil/lahir, karena beliau adalah cucu dari Syekh Quro dari karawang, ayah dari ibunya yaitu Nyai Subang Larang. Kemudian beliau belajar agama Islam pada Syekh Datuk Kahfi di Cirebon, dan pergi ke tanah suci untuk melakukan haji sekaligus memperdalam ilmu agama Islam bersama adiknya yaitu Nyai Rara Santang.
Setelah kembali ke tanah Jawa, beliau mendirikan kerajaan Cirebon dan menyebarkan agama Islam, sampai suatu waktu beliau mengajak ayahnya yaitu Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam, tapi walau pun Prabu Siliwangi sudah menyadari bahwa agama Islam adalah agama yang benar, karena Nyai Subang Larang istri Prabu Siliwangi, Ibunda Kian santang Sendiri adalah seorang muslimah, akan tetapi ayah beliau Prabu Siliwangi belum diberikan hidayah oleh Allah SWT. untuk memeluk agama Islam.
Sampai terjadilah suatu kejadian yang terkenal pula kisahnya dikalangan masyarakat Jawa Barat yaitu kisah dikejar-kejarnya Prabu Siliwangi oleh Kian Santang dan dalam proses pengejaran itu masing-masing menggunakan ilmu nurus bumi yaitu berlari dibawah tanah. Sampai di sebuah hutan di daerahTasikmalaya Garut yang bernama hutan Sancang mereka bertemu dan bertarung mengadu kesaktian.
Akan tetapi Prabu Siliwangi kalah dalam pertarungan tersebut dan Prabu Siliwangi dengan kebijaksanaanya mempersilahkan pengikutnya untuk mengikuti ajaran Kian Santang, cerita ini termaktub dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi.
Perjalan panjang hidup Kian Santang yang berkelana antara wilayah tatar Sunda dan Cirebon, hal ini lah menjadikan makam beliau ada dimana-mana yaitu diantaranya di komplek pemakamam Gunung Jati Cirebon, di daerah Godog Garut Jawa Barat, di daerah hutan Sancang Garut Jawa Barat, dan dibeberapa tempat lainnya. Dan untuk makam asli beliau tidak ada yang tau pasti, tapi jika mengikuti perjalanan sejarah, makam yang berada di komplek pemakaman kesultanan Cirebon yang ada di wilayah Gunung Jati, yang lebih mendekati kebenaranan.
Makam yang berada ditempat lain hanya merupakan suatu simbol yang dibuat oleh masyarakat diwilayah tersebut yang menunjukan bahwa beliau pernah ke wilayah tersebut (patilasan [sunda: bekas singgah]). Hal ini sama seperti makam-makam seorang nabi yang berada di beberapa tempat
Demikian sekelumit riwayat singkat Babad a Diatas , Wallohu a`lam bishshowab .
Jika anda mengetahui info lebih atau ada kesalahan penulis tentang ini silahkan komen dengan santun.
ucapan trimakasi kepada :
-warga dan sesepuh cirebon
-bapak kastamin sesepuh blok/
-ustadz juhari sunanta s.pd.l blok/tumaritis galagamba
-ustadz abdul rozaq blok/dukumire galagamba
-ustadz epek supendi blok/
-ustadz abdul rohman blok/
-sodara ahmad khidir blok/
-sodara yunus blok/tengger slangit
-sodara sukendar blok/dukumire galagamba
-sodara dedi boyeng blok/kebo geyongan
-sodara haryanto blok/
Dari kisah sejarah ini semoga menjadikan kita mengenal menghormati akan jasa-jasa para leluhur kita dan bisa mendoakan beliau , aamiin..
semoga bermanfaat bagi kami tim admin khususnya dan anda sekalian pada umumnya.
Jumat, 06 Oktober 2017
Doa dalam Kesulitan Agar Segera Diberi Kemudahan
Doa dalam Kesulitan
- Kehidupan sering diibaratkan sebagai sebuah roda, di mana kesenangan
dan kesulitan adalah 2 hal menyelimutinya. Kadang kita berada di atas
dimana kesenangan menghampiri diri kita, tapi jika sudah tiba waktunya,
kita akan terpuruk berada di bawah, mengalami sedemikian rupa kesulitan
yang beragam asal-usulnya.
Saat berada di atas, mengalami berbagai kemudahan dan kebahagiaan, kita tentu harus bersyukur, karena bersyukur dapat membuat nikmat kian bertambah dan memupuk tingkat keimanan kita. Sedangkan saat kita berada di bawah, terpuruk karena keadaan dan mengalami kesulitan, alangkah baiknya kita bersabar dan tetap terus berusaha mencari jalan keluar sembari senantiasa berdoa, memanjatkan harapan dan keinginan kepada-Nya.
Saat berada di atas, mengalami berbagai kemudahan dan kebahagiaan, kita tentu harus bersyukur, karena bersyukur dapat membuat nikmat kian bertambah dan memupuk tingkat keimanan kita. Sedangkan saat kita berada di bawah, terpuruk karena keadaan dan mengalami kesulitan, alangkah baiknya kita bersabar dan tetap terus berusaha mencari jalan keluar sembari senantiasa berdoa, memanjatkan harapan dan keinginan kepada-Nya.
Doa dalam Kesulitan
Masalah kesulitan dalam hidup bukan hanya dialami oleh segelintir orang. Kekasih Alloh, Nabi Muhammad SAW sekalipun sering mengalami kesulitan dalam hidup dan berdakwah. Adapun berdasarkan hadist riwayat Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, diketahui bahwa ketika menghadapi suatu kesulitan Rosululloh selalu mengucapkan doa dalam kesulitan berikut ini :Latinnya : “Laa Ilaha Illalloohul ‘Adzhimul Halim, Laa Ilaha Illalloohu Robbul ‘Arsyil ‘Azhim, Laa Ilaha Illallohu Robbus Samawati wa Robbul’ Ardhi wa Robbul ‘Arsyil Karim.”
Artinya : “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Agung lagi Lemah-Lembut, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan Pemilik Arsy yang agung, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Tuhan pemilik langit dan bumi, dan pemilik Arsy yang mulia.”
Ibnu Abbas RA. mengatakan jika doa dalam kesulitan yang dipanjatkan oleh Rosululloh ini adalah sebuah doa yang sangat agung. Mengucapkannya selama diterpa kesulitan akan membuat ketenangan hati dan kesabaran.
Doa ini juga dianggap sebagai doa pembuka yang dapat memakbulkan permintaan-permintaan kita. Jika sedang didera kesulitan, panjatkan doa di atas dan sambung dengan doa yang menjadi keinginan Anda (dalam hal ini : terlepas dari kesulitan), maka insya Alloh doa Anda akan diijabah oleh-Nya. Amin.
Nah, itu saja mungkin pemaparan mengenai doa dalam kesulitan yang dapat kami sampaikan. Semoga dengan membaca doa tersebut, senantiasa selalu berusaha dengan sebaik mungkin, kita semua dapat terlepas dari segala macam kesulitan.
Doa Nabi Sulaiman : Doa Penunduk Binatang dan Jin, Doa untuk Kekayaan, dan Doa Syukur
Doa - Nabi Sulaiman
AS adalah salah satu nabi yang wajib dipercayai oleh umat Islam. Beliau
adalah anak Raja Daud. Namanya disebut dalam Al-Quran sebanyak 27 kali.
Sejak kecil, Nabi Sulaiman dikenal telah memiliki kecerdasan berpikir
yang luar biasa. Setelah cukup umur, beliau kemudian diangkat menjadi
Nabi dan Rasul oleh Alloh.
Mukjizat Nabi Sulaiman dalam menundukan jin diperoleh setelah beliau memohon kepada Alloh. Dalam doanya, beliau meminta agar diberikan suatu kemampuan sebagai pembuktian bahwa ia adalah benar utusan Alloh. Doa tersebutlah yang saat ini dikenal dengan nama doa Nabi Sulaiman doa penunduk.
Doa Nabi Sulaiman menundukan binatang dan jin sebetulnya masih simpang siur. Akan tetapi, banyak ulama berpendapat bahwa doa tersebut memiliki lafal dan arti seperti tercantum dalam QS An Nahl : 30-31 sebagaimana berikut:
Doa Nabi Sulaiman menundukan binatang dan jin seperti yang disajikan di atas diyakini dapat diamalkan oleh setiap umat muslim untuk beragam keperluan. Misalnya saat ada orang kesurupan, doa tersebut dapat dibacakan sebagai doa untuk mengusir jin yang bersemayam di dalam tubuh orang tersebut. Atau saat akan memancing, doa ini juga bisa dibacakan sebagai doa mancing ikan untuk memanggil ikan-ikan di sungai agar mau makan umpan yang diberikan. Tapi yang jelas keyakinan terhadap karomah dari doa Nabi Sulaiman tersebut tentunya bisa kita percaya maupun tidak. Mengingat sebetulnya tidak ada dalil yang menyatakan karomah dari doa tersebut.
Doa Nabi Sulaiman
Nabi Sulaiman adalah raja yang berkuasa atas manusia, binatang, dan jin. Kekayaannya yang luar biasa banyak dengan istananya yang sangat megah tak membuatnya silau dan melupakan bahwa semuanya itu adalah titipan. Kekuasaan dan kekayaan Nabi Sulaiman menjadi daya tarik tersendiri bagi umat muslim di masa kini. Banyak yang mencari apa sebetulnya doa yang dipanjatkan Nabi Sulaiman untuk meraih semua yang dimilikinya itu, baik dalam hal menundukan hewan atau jin maupun dalam memperoleh kekayaan yang berlimpah. Untuk itu, pada kesempatan kali ini kami sengaja merangkum kumpulan doa Nabi Sulaiman dan artinya lengkap untuk Anda. Silakan disimak!1. Doa Nabi Sulaiman Doa Penunduk Binatang Jin
Salah satu mukjizat yang diberikan Alloh kepada Nabi Sulaiman adalah mampu berbicara dengan binatang dan jin. Dengan kemampuan tersebut, Nabi Sulaiman yang penuh wibawa dan jiwa kepemimpinan mampu menundukan binatang-binatang serta jin untuk dapat mengikuti perintahnya. Tentu kita masih ingat kisah dalam Al Quran yang menyebut bahwa Nabi Sulaiman pernah memerintahkan suatu jin untuk memindahkan singgasana ratu Balqis dalam sekejap mata. Kisah tersebut adalah bukti bahwa memang Nabi Sulaiman mampu menundukan jin.Mukjizat Nabi Sulaiman dalam menundukan jin diperoleh setelah beliau memohon kepada Alloh. Dalam doanya, beliau meminta agar diberikan suatu kemampuan sebagai pembuktian bahwa ia adalah benar utusan Alloh. Doa tersebutlah yang saat ini dikenal dengan nama doa Nabi Sulaiman doa penunduk.
Doa Nabi Sulaiman menundukan binatang dan jin sebetulnya masih simpang siur. Akan tetapi, banyak ulama berpendapat bahwa doa tersebut memiliki lafal dan arti seperti tercantum dalam QS An Nahl : 30-31 sebagaimana berikut:
Latinnya : “Bismillahirrohmaanirrohim. Allata’luu A’layya Watuunii Muslimiin”.
Artinya: ”Dengan Asma Alloh Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu berlaku sombong kepadaku. Datanglah pada ku sebagai orang-orang yang beriman".
Doa Nabi Sulaiman menundukan binatang dan jin seperti yang disajikan di atas diyakini dapat diamalkan oleh setiap umat muslim untuk beragam keperluan. Misalnya saat ada orang kesurupan, doa tersebut dapat dibacakan sebagai doa untuk mengusir jin yang bersemayam di dalam tubuh orang tersebut. Atau saat akan memancing, doa ini juga bisa dibacakan sebagai doa mancing ikan untuk memanggil ikan-ikan di sungai agar mau makan umpan yang diberikan. Tapi yang jelas keyakinan terhadap karomah dari doa Nabi Sulaiman tersebut tentunya bisa kita percaya maupun tidak. Mengingat sebetulnya tidak ada dalil yang menyatakan karomah dari doa tersebut.
2. Doa Nabi Sulaiman untuk Kekayaan
Selain mampu menundukan binatang dan jin, Nabi Sulaiman juga dikenal memiliki kekayaan melimpah ruah. Kerajaannya mencakup 2/3 luas bumi, sedangkan istananya begitu megah dan sempurna.Nabi Sulaiman bahkan diyakini sebagai orang terkaya sepanjang masa. Kekayaannya tersebut tentu merupakan anugerah tersendiri yang diberikan Alloh SWT khusus untuk beliau. Anugerah kekayaan dan kekuasaan Nabi Sulaiman diperoleh karena menurut petikan surat An Naml : 19, Nabi Sulaiman memintanya sendiri kepada Alloh. Doa mohon kekayaan inilah yang saat ini diyakini memiliki karomah sehingga banyak dicari umat muslim sebagai sarana memohon kemakmuran. Doa tersebut dikenal dengan doa Nabi Sulaiman untuk kekayaan. Berikut ini lafal dan artinya:
Latinnya : “Robbigfirlii Wahabli Mulkali Yambagil Ahdiimimba’di Innaka Antalwahab”.
Artinya : “Allah Ya tuhanku, ampunilah aku dengan segala dosa-dosaku. Anugerahkanlah padaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh orang lain setelahku. Sesungguhnya hanya Engkaulah Dzat Yang Maha Memberi”.
Doa Nabi Sulaiman untuk kekayaan seperti yang tercantum di atas dapat Anda amalkan sebagai sarana permohonan kepada Alloh agar diberikan rezeki yang berlimpah dan berkah. Setiap habis sholat dhuha atau tahajud adalah waktu yang paling tepat untuk membaca doa ini.
3. Doa Nabi Sulaiman Mensyukuri Nikmat
Kekayaan, kekuasaan, dan mukzijat dalam menundukan binatang atau jin yang dimiliki, tidak membuat Nabi Sulaiman jumawa. Beliau tak khilaf dan lupa bahwa semua yang dikaruniakan kepadanya hanyalah titipan semata. Beliau selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Alloh melalui sebuah doa yang sangat terkenal. Doa syukur nikmat Nabi Sulaiman, itulah namanya. Berikut adalah lafal dari doa yang tercantum dalam QS Shaad ayat ke 35 tersebut:Artinya : “Ya Allah Yang Maha Tunggal. Jadikanlah aku sebagai hamba-Mu yang pandai bersyukur. Ilhamkanlah kepadaku untuk selalu bersyukur atas segala nikmatmu kepadaku dan kepada kedua orang tua ku. Jadikanlah aku umat yang Engkau ridhoi, serta letakkanlah aku ke dalam golongan orang-orang soleh”.
Karena selalu bermawas diri dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan, Nabi Sulaiman pun memperoleh tambahan atas setiap apa yang ia syukuri. Alloh selalu menambahkan dan mencukupi semua kebutuhannya. Mari kita belajar untuk mengikuti jejak Nabi Sulaiman.
Nah, itulah doa Nabi Sulaiman doa penunduk binatang dan jin, doa Nabi Sulaiman untuk kekayaan, dan doa syukur nikmat yang selalu dipanjatkan beliau. Marilah kita amalkan doa-doa mustajab ini dan tetap sekuat hati menjalani kehidupan dengan pedoman islam. Salam.
Kamis, 05 Oktober 2017
DOA AKASAH LATIN DAN TERJEMAHAN
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ صَلىِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ
Alloohumma sholli ‘alaasayyidinaa muhammadiw wa ‘alaa aalihii
washohbihii
Ya Allah, tetapkanlah shalawat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad,
Ya Allah, tetapkanlah shalawat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad,
Keluarga dan shahabat-shahabat beliau.
بِسْمِ
اللهِ النُّوْرِ نُوْرٌعَلَى نُوْرٍ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ خَلَقَ
النُّوْرَ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ عَلَى جَبَلِ الِطُّوْرِفِى كِتَابٍ
مَسْطُوْرٍ
Bismillaahin nuuri nuurun ‘alaa nuur. Alhamdulillaahil ladzii kholaqon
nuuro wa angzalat tauroota ‘alaa jabalith thuuri fii kitaabi masthuur.
Dengan Asma' Allah yang menyinari sinar diatas sinar, Segala puji bagi Allah Pencipta nur dan menurunkan kitab Taurat diatas gunung Thurdi dalam kitab yang tertulis
Dengan Asma' Allah yang menyinari sinar diatas sinar, Segala puji bagi Allah Pencipta nur dan menurunkan kitab Taurat diatas gunung Thurdi dalam kitab yang tertulis
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذَيْ بِالْغِنَآءِ مَذْكُوْرٌ وَبِالْعِزَّةِ وَالْجَلاَلِ
مَشْهُوْرٌ وَعَلَى السَّرَّآءِ وَلضَّرَّآءِ مَشْكُورٌ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضِ وَجَعَلَ
الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْابِرَبِّهِمْ
يَعْدِلُوْنَ
Alhamdulillaahil ladzii bil ghinaa i madzkuur wabil ‘izzati waljalaali masyhuur.
Wa ‘alas sarroo i wadl dlorroo i masykuur walhamdu lillaahilladzii kholaqos samaawaati wal ardlo
waja’alazh zhulumaati wannuur tsummalladziina kafaruu birobbihim ya’diluun.
Segala Puji bagi Allah Yang Disebut kaya dengan kemulyaan dan keagungan yang dikenal dan atas senang dan susah yang disyukuri dan segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjadikan gelap dan terang, kemudian orang-orang kafir kepada Tuhannya dan berpaling.
Segala Puji bagi Allah Yang Disebut kaya dengan kemulyaan dan keagungan yang dikenal dan atas senang dan susah yang disyukuri dan segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjadikan gelap dan terang, kemudian orang-orang kafir kepada Tuhannya dan berpaling.
گهيعۤص
حمَ عۤسۤق اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ يَاحَيُّ يَا
قَيُّوْمُ اَللهُ الَّطِيْفُ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَآءُ وَهُوَ
الْقَوِيُّ الْعَزِيْزُ
Kaaf. Yaa. Aiin. Shood. Haa. Miim. Aiin. Siin. Qoof.
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin. Yaa hayyu yaa qoyyuum. Alloohu lathiifum bi’ibaadihii yarzuqu
Mayyasyaa u wahuwal qowiyyul ‘aziiz.
Kaf Ha Ya 'Ain Shaad, Ha Mim 'Ain Sin Qaf, hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan memohon pertolongan, hai Dzat Yang Hidup Tegak Kokoh, Allah Yang sangat belas kasihan kepada hamba-Nya memberi rizki kepada siapa saja yang dia kehendaki, Dia sangat kuat dan mulia
Kaf Ha Ya 'Ain Shaad, Ha Mim 'Ain Sin Qaf, hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan memohon pertolongan, hai Dzat Yang Hidup Tegak Kokoh, Allah Yang sangat belas kasihan kepada hamba-Nya memberi rizki kepada siapa saja yang dia kehendaki, Dia sangat kuat dan mulia
يَاكَافِيْ كُلِّ شَىْءٍاِكْفِنِيْ وَاصْرِفْ عَنِّىْ كُلىَّ شَىْءٍ بِيَدِكَ الْخَيْرُ اِ نَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .
Yaa kaafii kulli syaiin ikfinii washrif ‘annii kulla syaiim biyadikal khoiru innaka ‘alaa
syaiing qodiir.
Hai Dzat Yang mencukupi segala sesuatu, cukupilah aku dan palingkanlah dariku segala sesuatu dengan kekuasaanMu yang baik, bahwasanya Engkau berkuasa atas segala-galanya.
Hai Dzat Yang mencukupi segala sesuatu, cukupilah aku dan palingkanlah dariku segala sesuatu dengan kekuasaanMu yang baik, bahwasanya Engkau berkuasa atas segala-galanya.
اَللَّهُمَّ
يَاكَثِيْرَ النَّوَالِ وَيَادَائِمُ الْوَصَالِ وَيَاحَسَنَ الْفِعَالِ
وَيَارَازِقَ الْعِبَادِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَيَابَدِيْعًا بِلاَمِثاَلٍ
وَيَابَاقٍ بِلاَزَوَالٍ نَجِّنَامِنَ الْكُفْرِوَالضَّلاَلِ بِحَقِّ
لاَاِلهَ اِلاَّالله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى لله ُعَلَيْهِ
وَسَلَّمَ.
Alloohumma yaa katsiron nawwaali wayaa daa imul washooli
wayaa hasanal fi’aali wayaa rooziqol ‘ibaadi ‘alaa kulli haaliw
wayaa badii’am bilaa mitsaaliw wayaa baaqim bilaa zawaalin
najjinaa minal kufri wadldlolaali bihaqqi laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, Dzat Yang banyak pemberiannya dan Yang selalu bertemu, Yang bagus perbuatannya, Pemberi rizki hamba-hambaNya pada setiap keadaan, hai Dzat Pencipta pertama kali dengan tidak melalui contoh, hai Dzat yang langgeng, yang tidak akan binasa, selamatkanlah kami dari kufur dan tersesat dengan : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, Dzat Yang banyak pemberiannya dan Yang selalu bertemu, Yang bagus perbuatannya, Pemberi rizki hamba-hambaNya pada setiap keadaan, hai Dzat Pencipta pertama kali dengan tidak melalui contoh, hai Dzat yang langgeng, yang tidak akan binasa, selamatkanlah kami dari kufur dan tersesat dengan : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اِنَ دَخَلَ الشَّكُّ فِي اِيْمَانِىْ بِكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ.
Alloohumma ingdakholasy syakku fii iimaanii bika walam a’lam bihii
au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu waaquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, seandainya kufur/rasa bimbang dan ragu masuk dalam keimananku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya kufur/rasa bimbang dan ragu masuk dalam keimananku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اِنْ دَخَلَ الْكُفْرُفِيْ اِسْلاَمِيْ بِكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ ُتبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ
اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma ingdakholal kufru fii islaamii bika walam a’lam bihii
au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, seandainya kufur masuk kedalam keislamanku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya kufur masuk kedalam keislamanku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اِنْ دَخَلَ الشَّكُّ فِى تَوْحِيْدِىَ اِيَّاكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ الاَّ الله
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma ingdakholasy syakku fii tauhiidii iyyaaka walam a’lam
bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi
wasallam
Ya Allah, seandainya rasa bimbang dan ragu masuk ke dalam ketauhidanku terhadap Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya rasa bimbang dan ragu masuk ke dalam ketauhidanku terhadap Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اِنْ دَخَلَ الْغَيْبُ وَالْكِبْرُ وَالرِّيَاءُ واَلسُّمْعَةُ
وَالنُّقْصَانُ فِىْ عَمَلِيْ لَكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ
تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ
رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma ingdakholal ‘ujbu wal kibru warriyaa u wassum’atu
wannuqshoonu fii ‘amalii laka walam a’lam bihii au’alimtu tubtu
anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur
rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam
Ya Allah, seandainya rasa sombong, takabur,riya' dan sum'ah / menonjolkan diri dan kekurangan di dalam amal perbuatanku bagi Engkau masuk ke dalam hatiku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya rasa sombong, takabur,riya' dan sum'ah / menonjolkan diri dan kekurangan di dalam amal perbuatanku bagi Engkau masuk ke dalam hatiku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اِنْ جَرَى الْكَذِبُ وَالْغِيْبَةُ وَالْنَّمِيْمَةُ وَالْبُهْتَانُ
عَلَى لِسَانَيْ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ
وَاَسْلَمْتُ وَاقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ
صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma ingdakholal kadzibu wal ghiibatu wan namiimatu wal buhtaanu ‘alaa lisaanii walam a’lam bihii au’alimtu
tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, seandainya sifat dusta, pengumpat, mengadu domba dan pembohong berjalan pada mulutku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya sifat dusta, pengumpat, mengadu domba dan pembohong berjalan pada mulutku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اللّهَمُ
َّاِنْ دَخَلَ الْخَطْرَةُ وَالْوسْوَسَةُفِيْ صَدْرِيْ وَلَمْ اَعْلَمْ
بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ
الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma ingdakholal khothrotu wal was wasatu fii shodrii walam a’lam
bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, seandainya di dalam hatiku terlintas rasa was-was sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya di dalam hatiku terlintas rasa was-was sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اللَّهُمَّ
اِنْ دَخَلَ التَّشْبِيْهُ َوالتَّقْصِيْرُ فِيْ مَعْرِفَتِىْ اِيَّاكَ
وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ
لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ
وَسَلَّمَ
Alloohumma ingdakholat tasybiihu wattaqshiiru fii ma’riifatii iyyaaka
walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha
illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, seandainya rasa penyerupaan dan lalai masuk ke dalam ma'rifatku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya rasa penyerupaan dan lalai masuk ke dalam ma'rifatku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اِنْ دَخَلَ النِّفَاقُ فِيْ قَلْبِيْ مِنَ الذُّنُوْبِ الْكَبَآئِرِ
وَالصَّغَآئِرِ كُلِّهَا وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ
وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ
صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma ingdakholan nifaaqu fii qolbii minadz dzunuubil kabaa iri
wash shoghoo iri kullihaa walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa
aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi
shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, seandainya rasa nifak, dosa-dosa besar dan kecil masuk ke dalam hatiku dan aku tidak mengetahui ataupun mengetahui, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya rasa nifak, dosa-dosa besar dan kecil masuk ke dalam hatiku dan aku tidak mengetahui ataupun mengetahui, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اِنْ دَخَلَ الرِّيآءُ فِيْ اَعْمَالِىْ وَاَقُوَلِيْ وَلَمْ اَعْلَمْ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma ingdakholar riyaa u fii a’maalii wa aqwaalii walam a’lam
bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi
wasallam.
Ya Allah, seandainya sifat riya' masuk ke dalam amal perbuatanku dan perkataanku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, seandainya sifat riya' masuk ke dalam amal perbuatanku dan perkataanku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
مَا عَمِلْتُ مِنْ سُوْءٍ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ
عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ
رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma maa ‘amiltu ming suui walam 'alam bihi au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu l
aa ilaaha illalloohu muhammadurrosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, kejahatan-kejahatan yang telah aku perbuat sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, kejahatan-kejahatan yang telah aku perbuat sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
مَااََرَدْتَ لِيْ مِنْ خَيْرٍ فَلَمْ اَشْكُرْهُ وَلَمْ اَعْلَمُ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma maa arodtalii min khoiring falam asykurhu walam a’lam bihii
au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang Engkau kehendaki bagiku, lalu aku tidak dapat mensyukuri sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang Engkau kehendaki bagiku, lalu aku tidak dapat mensyukuri sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
مَاقَدَّرْتَ عَلَيَّ مِنْ اَمْرٍفَلَمْ اَرْضَهُ وَلَمْ اَعْلَمُ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma maa qoddarta ‘alayya min amring falam ardlohu walam a’lam
bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, hal-hal yang telah Engkau takdirkan kepadaku, lalu aku tidak bergembira atau tidak menerimakannya sedang aku tidak tahu atau tahu, maka bertaubatlah aku dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, hal-hal yang telah Engkau takdirkan kepadaku, lalu aku tidak bergembira atau tidak menerimakannya sedang aku tidak tahu atau tahu, maka bertaubatlah aku dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
مَااَنْعَمْتَ عَلَيَّ مِنْ نِعْمَةٍ فَعَصَيْتُكَ فِيْهِ وَلَمْ
ْاَعْلَمُ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ
اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ
وَسَلَّمَ .
Alloohumma maa an’amta ‘alayya minni’mating fa’ashoituka fiihi walam
a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha
illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku, lalu aku salah gunakan, durhaka kepadamu sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku, lalu aku salah gunakan, durhaka kepadamu sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
اَوْلَيْتَنِيْ مِنْ نَعْمَآئِكَ فَغَفَلْتُ عَنْ شُكْرِكَ وَلَمْ
اَعْلَمُ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ
اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ
وَسَلَّمَ
Alloohumma maa aulaitanii min na’maaika faghofaltu ‘ang syukrika walam
a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu aaquulu laa ilaaha
illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau kuasakan kepadaku, lalu aku tidak bersyukur kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW
Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau kuasakan kepadaku, lalu aku tidak bersyukur kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW
اَللَّهُمَّ
مَآاَوْلَيْتَنِيْ مِنْ الآئكَ فَلَمْ اُءَدِّحَقَّهُ وَلَمْ اَعْلَمْ
بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ
الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma maa aulaitanii min aalaaika falam iaddi haqqohu walam a’lam
bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, hal-hal yang telah Engkau takdirkan kepadaku, lalu aku tidak bergembira atau tidak menerimakannya sedang aku tidak tahu atau tahu, maka bertaubatlah aku dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, hal-hal yang telah Engkau takdirkan kepadaku, lalu aku tidak bergembira atau tidak menerimakannya sedang aku tidak tahu atau tahu, maka bertaubatlah aku dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهْمَّ
مَا مَنَنْتَ عَلَيَّ مِنَ الْحُسْنَى فَلَمْ اَحْمَدْكَ وَلَمْ اَعْلَمْ
بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ
الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma maa manangta ‘alayya minal husnaa falam ahmadzka walam a’lam
bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan aku tidak memujiMu, sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW
Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan aku tidak memujiMu, sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW
اَللَّهْمَّ
مَااَحْبَبْتَ لِيْ بِهِ عَلَيَّ مِنَ النَّظَرفِيْكَ فَغَمَضْتُ عَنْهُ
وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ
لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ
وَسَلَّمَ
Alloohumma maa ahbabta lii bihii ‘alayya minan nazhori fiika faghomadltu
‘anhu walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa
ilaaha illalloohu muhammadurrosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, berfikir dalam kekuasaanMu yang Engkau ciptakan terhadapku, lalu aku menutup mata, sedang aku mengetahui atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, berfikir dalam kekuasaanMu yang Engkau ciptakan terhadapku, lalu aku menutup mata, sedang aku mengetahui atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
مَاصَنَعْتُ فِى عُمْرِىْ بِمَالَمْ تَرْضَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma maa shona’tu fii ‘umrii bimaa lam tardlo walam a’lam bihii
au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, perbuatan-perbuatan yang aku lakukan sepanjang umurku, lalu Engkau tidak ridha, sedang aku mengerti atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, perbuatan-perbuatan yang aku lakukan sepanjang umurku, lalu Engkau tidak ridha, sedang aku mengerti atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
مَا قَصَرْتُ مِنْ عَمَلِيْ فِيْ رَجَآئِكَ وَلَم اَعْلَمْ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma maa qoshortu min ‘amalii fii rojaaika walam a’lam bihii
au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa laaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, amal perbuatanku yang Engkau perpendek di dalam mengharap-harap rahmatMu, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : Laa ilaa ha illallah Muhammadur Rasuulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.
Ya Allah, amal perbuatanku yang Engkau perpendek di dalam mengharap-harap rahmatMu, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : Laa ilaa ha illallah Muhammadur Rasuulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.
اَللَّهُمَّ
اِنِ اعْتَمَدْتُ عَلَى اَحَدٍ سِوَاكَ فِى الشَّدَآئِدِ وَلَمْ اَعْلَمْ
بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ
الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma ini’tamadtu ‘alaa hading siwaaka fisy syadaaidi walam a’lam
bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, jika aku bergantung kepada selain
Engkau di dalam menghadapi kepayahan-kepayahan, sedang aku tidak
mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan
mengucap : Laa ilaa ha illallah Muhammadur Rasuulullah Shallallahu
‘Alaihi Wassalam.
اَللَّهُمَّ
اِنِ السْتَعَنْتُ غَيْوَكَ فِى النَّوَآئِبِ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ
اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ
اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma ini sta’angtu ghoiroka finnawaaibi walam a’lam bihii
au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu
muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, jika aku memohon pertolongan kepada selain Engkau, dalam kecelakaan dan bahaya, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, jika aku memohon pertolongan kepada selain Engkau, dalam kecelakaan dan bahaya, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
مَااَصْلَحَ فِيْ شَأْنِيْ بِفَضْلِكَ وَرَأَيْتُهُ مِنْ غَيْرِكَ وَلَمْ
اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ
اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ
وَسَلَّمَ
Alloohumma maa ashlaha fiisyanii bifadllika waroaituhu min ghoirika
walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha
illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah, urusan-urusanku yang telah Engkau baguskan dengan anugerah Engkau dan pandanganku salah, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW
Ya Allah, urusan-urusanku yang telah Engkau baguskan dengan anugerah Engkau dan pandanganku salah, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW
َاللَّهُمَّ
اِنِ زَلَّتْ قَدَمِيْ عَنِ الصِّرَاطِ بِالسُّؤاَلِ مِنْ غَيْرِكَ
يُثَبِّتْنِيْ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ
وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ
صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
Alloohumma ingzallat qodomii ‘anish shiroothi bissuali min ghoirika
yutsabbitnii walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu
laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi
wasallam.
Ya Allah, jika aku tegelincir menyimpang dari jalan lurus (shirat), karena memohon kepada selain Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
Ya Allah, jika aku tegelincir menyimpang dari jalan lurus (shirat), karena memohon kepada selain Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
اَللَّهُمَّ
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ يَامَنَّانُ ياَدَيَّانُ يَاسُلْطَانُ يَالآاِلهَ
اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
فَاسْتَجَبْنَالَهُ وَنَجَّيْنهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِى الْمُؤْ
مِنِيْنَ وَزَكَرِيَّآ اِذْنَادَى َربَّهُ رَبِّ لاَتَذَرْنِيْ فَرْداً
وَاَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ
Alloohumma yaa hayyu yaa qoyyuumu yaa hannaanu yaa mannaanu yaa dayyaanu
yaa shulthoonu yaa laa ilaaha illaa angta subhaanaka innii kungtu
minazh zhoolimiin. Fastajabnaa lahuu wanaj jainaahu minal ghommi
wakadzaalika
nungjil muminiin wazakariyya idznaa daarobbahuu robbi laa tadzarnii
fardaw wa angta khoirul waaritsiin.
Ya Allah, Yang Hidup tegak kokoh, Yang memiliki rahmat dan banyak anugerahNya, banyak memberi dan Pemilik kerajaan, Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, maha suci Engkau, bahwasanya aku menganiaya diri sendiri, (firman Allah) : "Lalu Kami kabulkan dan Kami selamatkan dia dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang beriman" Zakariya ketika menyeru tuhannya, ya Tuhanku: "Janganlah Engkau tinggalkan aku sendiri, Engkaulah waris yang paling baik".
Ya Allah, Yang Hidup tegak kokoh, Yang memiliki rahmat dan banyak anugerahNya, banyak memberi dan Pemilik kerajaan, Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, maha suci Engkau, bahwasanya aku menganiaya diri sendiri, (firman Allah) : "Lalu Kami kabulkan dan Kami selamatkan dia dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang beriman" Zakariya ketika menyeru tuhannya, ya Tuhanku: "Janganlah Engkau tinggalkan aku sendiri, Engkaulah waris yang paling baik".
اَللَّهُمَّ بِحَقِّ لاَاِ ٰلهَ اِلاَّ اللهُ وَبِعِزَّتِهٍِ
Alloohumma bihaqqi laa ilaaha illalloohu wabi’izzatihii
Ya Allah, dengan hak La ila ha illallah dan kemuliaannya
Ya Allah, dengan hak La ila ha illallah dan kemuliaannya
وَبِحَقِّ الْكُرْسِيِّ وَسَعَتِهٍِ
Wabihaqqil kursiyyi wasa’atihii
Dan dengan hak kursi dan keluasannya
Dan dengan hak kursi dan keluasannya
وَبِحَقِّ الْعَرْشِ وَعَظَمَتِهٍَِ
Wabihaqqil ‘arsyi wa’azhomatihii
Dan dengan hak 'Arsy dan keagungannya
Dan dengan hak 'Arsy dan keagungannya
وَبِحَقِّ الْقَلَمِ وَجَرَيَانِهٍِ
Wabihaqqil qolami wajaroyaanihii
Dan dengan hak kalam dan berjalannya
Dan dengan hak kalam dan berjalannya
وَبِحَقِّ اللَّوْحِ وَحَفَظَتِهٍِ
Wabihaqqil lauhi wahafazhotihii
Dan dengan hak Lauh Mahfudh dan penjaga-penjaganya
Dan dengan hak Lauh Mahfudh dan penjaga-penjaganya
وَبِحَقِّ الْمِيْزَانِ وَخِفَّتِهٍِ
Wabihaqqil miizaani wakhiffatihii
Dan dengan hak Timbangan (Mizan) dan dua matanya
Dan dengan hak Timbangan (Mizan) dan dua matanya
وَبِحَقِّ الْصِّرَاطِ وَرِقَّتِهٍِ
Wabihaqqish shiroothi wariqqotihii
Dan dengan hak Shirat dan kelembutannya
Dan dengan hak Shirat dan kelembutannya
وَبِحَقِّ جِبْرَآئِيْلَ وَاَمَانَتِهٍِ
Wabihaqqi jibrooiila Waamaanatihii
Dan dengan hak Jibril dan kejujurannya
Dan dengan hak Jibril dan kejujurannya
وَبِحَقِّ مِيْكَآئِيْلَ وَشَفَقَتِهٍِ
Wabihaqqi miikaaiila wasyafaqotihii
Dan dengan hak Mikail dan belas kasihnya
Dan dengan hak Mikail dan belas kasihnya
وَبِحَقِّ اِسْرَافِيْلَ وَنَفْخَتِهٍِ
Wabihaqqi isroofiila wanafkhotihii
Dan dengan hak Israfil dan terompetnya,
Dan dengan hak Israfil dan terompetnya,
وَبِحَقِّ عِزْرَائِيْلَ وَقَبْضَتِهٍِ
Wabihaqqi izrooiila waqobdhotihii
Dan dengan hak Izrail dan terpilihnya
Dan dengan hak Izrail dan terpilihnya
وَبِحَقِّ رِضْوَانَ وَجَنَّتِهٍِ
Wabihaqqi ridhwaana wajannatihii
Dan dengan hak Ridlwan dan surganya
Dan dengan hak Ridlwan dan surganya
وَبِحَقِّ مَالِكٍِ وَجَهَنَّمِهٍِ
Wabihaqqi maalikiw wajahannamihii
Dan dengan hak Malik dan nerakanya
Dan dengan hak Malik dan nerakanya
وَبِحَقِّ اٰدَمَ وَصَفْوَتِهٍِ
Wabihaqqi aadama washofwatihii
Dan dengan hak Adam dan terpilihnya
Dan dengan hak Adam dan terpilihnya
وَبِحَقِّ شِيْثٍ وَنُبُوَّتِهٍِ
Wabihaqqa syiisyiw wanubuwatihii
Dan dengan Syits dan kenabiannya
Dan dengan Syits dan kenabiannya
وَبِحَقِّ نُوْحٍ وَسَفِيْنَتِهٍِ
Wabihaqqi nuuhiw wasifiinatihii
Dan dengan Nuh dan perahunya
Dan dengan Nuh dan perahunya
وَبِحَقِّ اِبْرَاهِيْمَ وَخُلَّتِهٍِ
Wabihaqqi ibroohiima wakhullatihii
Dan dengan hak Ibrahim dan terpilihnya sebagai khalilullah
Dan dengan hak Ibrahim dan terpilihnya sebagai khalilullah
وَبِحَقِّ اِسْحٰقَ وَدِيَانَتِهٍِ
Wabihaqqi Ishaaqo wadiyaanatihii
Dan dengan hak Ishak dan keagamaannya
Dan dengan hak Ishak dan keagamaannya
وَبِحَقِّ اِسْمَاعِيْلَ وَذَبِيْحَتِهٍِ
Wabihaqqi Ismaa'iila wadzubiihatihii
Dan dengan hak Isma'il dan disembelihnya,
Dan dengan hak Isma'il dan disembelihnya,
وَبِحَقِّ يَعْقُوْبَ وَحَسْرَتِهٍِ
Wabihaqqi ya'quuba wahasarotihii
Dan dengan hak Ya'kub dan kedukaannya
Dan dengan hak Ya'kub dan kedukaannya
وَبِحَقِّ يُوْسُفَ وَغُرْبَتِهٍِ
Wabihaqqi yuusufa waghurbatihii
Dan dengan hak Yusuf dan terasingnya
Dan dengan hak Yusuf dan terasingnya
وَبِحَقِّ مُوْسىٰ وَاٰيَاتِهٍِ
Wabihaqqi muusaa wa aayaatihii
Dan dengan hak Musa dan ayat-ayatnya
Dan dengan hak Musa dan ayat-ayatnya
وَبِحَقِّ هَارُوْنَ وَحُرْمَتِهٍِ
Wabihaqqi haaruuna wahurmatihii
Dan dengan hak Harun dan kehormatannya
Dan dengan hak Harun dan kehormatannya
وَبِحَقِّ هُوْدٍ وَهَيْبَتِهٍِ
Wabihaqqi huudiw wahaibatihii
Dan dengan hak Hud dan kewibawaannya,
Dan dengan hak Hud dan kewibawaannya,
وَبِحَقِّ صَالِحٍ وَنَاقَتِهٍِ
Wabihaqqi shoolihiw wanaa qotihii
Dan dengan hak Shaleh dan untanya
Dan dengan hak Shaleh dan untanya
وَبِحَقِّ لُوْطٍ وَجِيْرَتِهٍِ
Wabihaqqi luuthiw wajiirotih
Dan dengan hak Luth dan pemikirannya
Dan dengan hak Luth dan pemikirannya
وَبِحَقِّ يُوْنُسَ وَدَعْوَتِهٍِْ
Waibhaqqi yuunuusa sada'atihi
Dan dengan hak Yunus dan ajakannya
Dan dengan hak Yunus dan ajakannya
وَبِحَقِّ دَانِيَالَ وَكَرَامَتِهٍِ
Wabihaqqi daaniyaala wakaroomatihii
Dan dengan hak Danial dan kerahmatnya
Dan dengan hak Danial dan kerahmatnya
وَبِحَقِّ زَكَرِيَّاوَطَهَارَتِهٍِ
Wabihaqqi zakariyya wathohaarotihii
Dan dengan hak Zakariya dan kesuciannya
Dan dengan hak Zakariya dan kesuciannya
وَبِحَقِّ عِيْسىٰ وَرُوْحَانِيَّتِهٍِ
Wabihaqqi 'iisaa wa ruu haaniyyatiihii
Dan dengan hak Isa dan kejiwaannya
Dan dengan hak Isa dan kejiwaannya
وَبِحَقِّ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍنِ الْمُصْطَفىٰ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَفَاعَتِهٍِ
Wabihaqqi sayyidinaa muhammadil musthofaa shollalloohu ‘alaihi wasallama watsafaa’atihii.
Dan dengan hak pemimpin kami Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang terpilih menjadi kekasihNya dan syafa'atnya
Dan dengan hak pemimpin kami Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang terpilih menjadi kekasihNya dan syafa'atnya
اَللَّهُمَّ
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ يَالاَاِ ٰلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ
كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ فَاسْتَجَبْنَالَه‘وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّ
وَكَذٰلِكَ نُنْجِى الْمُؤْمِنِيْنَ َلآاِ ٰٰلهَ اِلاَّهُوَعَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَهُوَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Alloohumma yaa hayyu yaa qoyyuumu yaa laa ilaaha illaa angta subhaanaka
innii kungtu minazhoolimiin. Fastajabnaa lahuu wanaj jainaahu minal
ghommi wakadzaalika nungjil muminiin. Laa ilaaha illaa huwa ‘aalaihi
tawakkaltu wahuwa robbul ‘arsyil ‘azhiim.
Ya Allah, Yang Hidup, tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, bahwasanya aku termasuk orang-orang yang menganiaya diri, (Firman Allah); Lalu kami mengabulkannya dan menyelamatkannya dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Allah, kepadaNya aku bertawakkal, Dia pengurus 'Arsy yang Agung.
Ya Allah, Yang Hidup, tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, bahwasanya aku termasuk orang-orang yang menganiaya diri, (Firman Allah); Lalu kami mengabulkannya dan menyelamatkannya dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Allah, kepadaNya aku bertawakkal, Dia pengurus 'Arsy yang Agung.
حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلىٰ وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
Hasbiyalloohu wani'mal wakiil, Ni'mal maulaa wani'man nashiir
Allah-lah yang mencukupi aku, sebaik-baik Pelindung, Pengurus dan Penolong
Allah-lah yang mencukupi aku, sebaik-baik Pelindung, Pengurus dan Penolong
وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَاِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Walaa haulaa walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil 'azhiim
Tidak ada daya kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung.
Tidak ada daya kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung.
رَبَّنَااٰتِنَافِى الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِى اْلاٰخِرَةِحَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَ النَّارِ
Robbanaa aatinaa fiddun nyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanataw waqinaa 'adzaa bannaar
Ya Tuhan kami, berilah kebaikan kepada kami di dunia dan akherat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.
Ya Tuhan kami, berilah kebaikan kepada kami di dunia dan akherat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.
وَصَلَّى
اللهُ عَلىٰ خَيْرِخَلْقِهٍِ وَنُوْرِعَرِْشِهٍِ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
وَشَفِيْعِنَامُحَمَّدٍوَعَلۤىٰ آلِهٍِ وَاَصْحَابِهٍِۤ اَجْمَعِيْنَ
بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Washollalloohu 'alaa khoiri kholqihii wanuuri 'arsyihii sayyidinaa
wanabiyyina wasyafii'inaa muhammadiw wa'alaa aalihii washaabihii
ajma'iin, birohmatika yaa arhamarroohimiin
Shalawat Allah tetapkanlah kepada sebaik-baik makhlukNya, cahaya 'ArsyNya yaitu junjungan kami , Nabi dan pemberi syafaat bagi kami Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, keluarga dan para sahabat beliau semua dengan rahmatMu hai Dzat Yang paling belas kasihan.
Shalawat Allah tetapkanlah kepada sebaik-baik makhlukNya, cahaya 'ArsyNya yaitu junjungan kami , Nabi dan pemberi syafaat bagi kami Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, keluarga dan para sahabat beliau semua dengan rahmatMu hai Dzat Yang paling belas kasihan.
اٰمِيْنَ اٰمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Aamiin ..aamiin..yaa robbal'aalamiin
Amin Amin (Semoga Allah mengabulkan permohonan kami ini, hai Dzat yang mengurus alam semesta).
Amin Amin (Semoga Allah mengabulkan permohonan kami ini, hai Dzat yang mengurus alam semesta).
Doa Jawsyan Kabir
Penjelasan
Doa Jawsyan
Kabir (1)
Dalam kitab Al-Baladul Amîn dan Al-Mishbâh disebutkan:
Imam Ali Zainal Abidin (sa) meriwayatkan dari
ayahnya dari kakeknya dari Rasululllah SAW, ia berkata: “Ketika Nabi SAW berada
dalam salah satu peperangan, datanglah malaikat Jibril (as) kepadanya dan
berkata: Wahai Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam untukmu dan berfirman: ‘Pakailah
Jawsyan ini dan bacalah, doa ini akan menjadi pelindung bagimu dan umatmu.”
Beliau menyebutkan keutamaan doa ini, antara lain:
1.
Jika teks doa
ini dituliskan pada kain kafan, sang mayit akan diselamatkan dari api neraka.
2.
Jika dibaca
dengan ikhlas di bulan Ramadhan, ia akan dikaruniai Lailatul Qadar, diciptakan
baginya 70.000 malaikat semuanya bertasbih kepada Allah SWT lalu pahalanya dihadiahkan
kepada yang membacanya.
3.
Jika dibaca di
bulan Ramadhan (3 kali), Allah SWT mengharamkan jasadnya dari api neraka,
mewajibkan baginya surga, dan mewakilkan kepada dua malaikat untuk menjaganya
dari kemaksiatan dan dalam sepanjang hidupnya ia berada dalam pengamanan Allah
SWT.
4.
Di akhir
riwayat tersebut Al-Husein (sa) berkata: “Ayahku Ali bin Abi Thalib (sa)
berwasiat kepadaku agar aku menjaga dan memuliakan doa ini, menuliskan pada
kain kafannya, mengajarkan kepada keluargaku dan menganjurkan mereka agar
membacanya. Doa ini terdiri dari seribu Asma Allah yang di dalamnya terdapat Ismul
A’zham.”
Doa ini memiliki keutamaan dan kedudukan yang
agung. Diriwayatkan dari as-Sajjad Ali Zainal Abidin dari ayahnya dan dari
datuknya Ali bin Abi Thalib dan dari Rasulullah SAW mewahyukan doa ini. Ketika
itu Rasulullah SAW menggunakan baju perang yang teramat berat dan menyakiti
tubuhnya, kemudian beliau berdoa kepada Allah SWT, maka serta merta Allah SWT
mengutus Jibril kepadanya dan menyampaikan:
“Wahai Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam untukmu
dan memerintahkanmu untuk menanggalkan pakaian perangmu, sebagai gantinya
menyuruhmu untuk membaca doa ini untuk keamananmu dan umatmu, barangsiapa yang
membacanya di saat hendak keluar dari kediamannya atau membawanya, maka Allah
SWT akan senantiasa menjaganya dan mewajibkan atasnya surga serta menjadikan
amal-amalnya selalu memperoleh taufik-Nya. Barangsiapa yang membacanya
seakan-akan ia membaca kitab suci yang empat (Taurat, Zabur, Injil dan
Al-Qur’an) dan dari setiap hurufnya Allah memberi dua pasang bidadari dan dua
buah rumah di surga dan memperoleh pula pahala yang pernah diperoleh Ibrahim,
Musa, Isa. Dia juga akan memperoleh pahala para makhluk-Nya di dunia yang
selalu menyembah-Nya, tidak pernah bermaksiat kepada-Nya walaupun dalam sekejap
mata, dan yang telah pucat kulitnya karena sering menangis akibat dari rasa
takut kepada Allah SWT dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali
Allah SWT, dan perjalanan matahari di negeri mereka adalah empat puluh hari.”
“Wahai Muhammad, Sesungguhnya di Baitul Ma’mur pada
langit ketujuh, ada 70.000 malaikat yang setiap harinya keluar darinya dan
tidak pernah kembali lagi sampai Hari Kiamat kelak. Allah SWT akan memberi bagi
mereka yang membaca doa ini pahala para malaikat itu dan pahala para mukminin
di muka bumi. Barangsiapa yang menulisnya dan ditaruh di dalam rumahnya niscaya
rumah tadi tidak akan dimasuki pencuri dan tidak akan terbakar. Barangsiapa
yang menulis di atas kulit rusa dan membawanya, maka akan mendapatkan keamanan
dari segala keburukan. Barangsiapa yang membacanya dan kemudian meninggal, maka
akan dicatat sebagai syahid dan mendapat pahala 900.000 para syuhada Badar.
Allah SWT juga akan senantiasa memandangnya dengan pandangan rahmat dan kasih
saying dan mengabulkan setiap permohonannya. Barangsiapa yang membaca 90 kali
dengan niat yang tulus, maka Allah SWT akan mengangkat segala macam penyakit
seperti penyakit belang, lepra, atau gila sekalipun. Barangsiapa menulisnya di
dalam gelas dengan kapur atau misik, lalu dicuci dan ditulis dia atas kain
kafan seorang mayit, maka Allah SWT akan mengirimkan di dalam kuburnya seribu
cahaya dan ia akan mendapatkan keselamatan dari Munkar dan Nakir dan Allah SWT
akan mengangkat azab darinya serta akan mengirim 70.000 malaikat ke dalam
kuburnya dengan membawa berita gembira surga untuknya dan menemaninya,
membukakan pintu-pintu surga baginya dan melapangkan baginya kuburnya.
Barangsiapa yang menulis dia atas kain kafannya, maka Allah malu untuk
mengazabnya dengan api, dan sesungguhnya Allah SWT menulis doa ini di atas Arsy
sebelum Dia menciptakan dunia 50.000 tahun. Barangsiapa membaca doa ini dengan
niat yang tulus di awal bulan Ramadhan, maka Allah SWT akan memberinya pahala
malam Lailatul-Qadr dan Allah SWT akan menciptakan 70.000 malaikat yang selalu
bertasbih kepada-Nya mensucikan-Nya, dan menjadikan pahala malaikat tadi bagi
mereka yang membaca doa ini.”
”Wahai Muhammad, barangsiapa yang membaca doa ini,
maka tidak ada penghalang antara dia dan Allah SWT. Dan tidaklah ia meminta
sesuatu kepada Allah SWT kecuali Allah SWT akan mengabulkannya dan Allah SWT
akan mengirim 70.000 malaikat kepadanya di saat keluar dari kuburnya dan setiap
malaikat akan tampak berbentuk cahaya yang keluar dari perutnya, yang terbuat
dari mutiara sedang punggungnya dari batu zabarjad dan tonggak-tonggaknya
terbuat dari batu yaqut. Pada setiap malaikat terdapat kubah yang memancarkan
cahaya dan terdapat 400 pintu, setiap pintunya mempunyai kain yang terbuat dari
sutera dan setiap kubah mempunyai 1.000 pelayan dan setiap pelayan mengenakan
mahkota yang terbuat dari emas merah yang darinya tercium semerbak bau misik.
Setelah itu Allah SWT mengirim kepadanya 70.000 malaikat, setiap malaikat
memegang gelas yang terbuat dari mutiara putih yang di dalamnya terdapat
minuman dari surga dan tertulis pada setiap gelasnya Tiada Tuhan selain Allah
Yang Esa tidak ada sekutu baginya. Inilah hadiah dari Yang Maha Pencipta
Pemilik Kemuliaan dan Kebesaran untuk hamba-Ku fulan bin fulan, kemudian Allah
menyeru, “Wahai hamba-Ku masuklah ke dalam surga-Ku tanpa perhitungan.”
—oOo—
Al-‘Allamah Al-Majlisi, penulis kitab Bihârul
Anwâr (kitab hadis dan riwayat) yang terdiri dari 120 jilid, dalam kitabnya
Zâdul Ma’âd ia mengatakan: Doa Jawsyan Kabir sangat dianjurkan untuk dibaca
pada awal bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam Al-Qadar. Doa ini terdiri
dari 100 pasal, setiap pasal terdapat sepuluh Asma Allah, dan setiap akhir
pasal membaca:
Subhânaka yâ lâ ilâha illâ Anta alghawts-alghawts
khallishnâ minan nâri yâ râbb.
Maha Suci Engkau, tiada Tuhan kecuali Engkau,
lindungi kami, lindungi kami, selamatkan kami dari api neraka ya Rabb.
Doa ini telah disyarahi oleh seorang ulama besar
dan filosuf isyraqi yaitu Mulla Hadi Sabzawari. Dalam kitab syarahnya
disebutkan tentang keajaiban doa ini.
Semoga kita yang membacanya menemukan keajaiban doa
ini sebagaimana yang disebutkan dalam kitab tersebut dan seperti orang-orang
mukmin yang telah merasakannya.
PENJELASAN
DOA JAWSYAN
KABIR (2)
Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
Semoga rahmat ta’zhim Allah senantiasa tercurah
kepada baginda Muhammad, seorang Nabi yang Ummiyy, dan kepada keluarganya serta
sahabat-sahabatnya, wa ba’du.
Ini merupakan Benteng Agung yang diberi nama
“Hirzul Jausyan Al-Kabir”. Semoga Allah memberikan manfaat dengan Hizib ini
kepada umat Islam, amiin.
Hizib ini memuat 1001 Nama (Allah). Diriwayatkan
dari Ja’far Ash-Shadiq berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hizib ini mengandung
rahasia-rahasia agung yang tidak dapat dijangkau akal-pikiran”.
Diriwayatkan dari Amirul Mu’minin (Sayyidina
Ali ibn Abu Thalib), radhiyallahu ‘anhu wa karramallahu wajhah,
ia berkata kepada putranya Al-Hasan: “Wahai, Putraku! Bersediakah engkau bila
aku memberitahumu salah satu rahasia dari rahasia-rahasia kenabian?”
Al-Hasan menjawab: “Tentu, wahai Amirul Mu’minin”.
Sayyidina Ali
berkata: “Malaikat Jibril ‘alaihis
salam telah turun kepada Rasulullah SAW pada perang Uhud yang diberkahi.
Hari itu adalah saat yang sangat panas, Nabi SAW membawa perisai yang amat berat
sehingga beliau merasa tidak mampu membawa perisai tersebut karena suhu yang
sangat panas. Kemudian beliau menengadahkan kepala ke langit dan berdoa kepada
Allah SWT.
Beliau bersabda: “Tatkala aku berdoa kepada Allah
SWT, aku melihat pintu-pintu langit terbuka dan turunlah Jibril As dan berkata:
“Wahai Rasulullah, (Allah) Yang Maha Luhur lagi
Maha Tinggi menyampaikan Salam dan memberi kekhususan kepadamu dengan
penghormatan dan kemulyaan serta berfirman kepadamu: “Aku memberimu
doa yang agung, yaitu Doa Al-Jausyan”.
Kemudian aku bertanya: “Wahai saudaraku, Jibril!
Doa yang agung ini khusus untukku atau untuk umatku secara umum?”
Jibril Menjawab: “Ini hadiah dari Allah SWT untukmu
dan untuk umatmu semuanya”.
Lalu aku bertanya: “Apakah pahala yang diberikan
dari doa ini?”
Kemudian Jibril menjawab: “Tidak ada yang
mengetahuinya (dengan haqq) selain Allah SWT. Barang siapa membacanya dan
membawanya ketika keluar dari rumahnya pada waktu pagi atau petang, atau pada
waktu yang dikehendaki, maka diberilah ia pahala amal shaleh, (juga mendapat
pahala) bagaikan membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur`an yang agung. Akan
tetapi jika yang membacanya adalah orang yang taat kepada Allah dan kepada
Rasul-Nya serta menjauhi segala syahwat dan kesenangan”.
Lalu aku bertanya (lagi): “Dan apakah Allah akan
memberikan semua pahala tersebut kepada setiap orang yang membaca doa yang
agung ini?”
Jibril menjawab: “Iya. Bahkan Allah akan memberikan
setiap huruf yang dibacanya dengan pahala dua bidadari yang bermata lentik
didalam surga yang penuh perhiasan. Ditambah lagi, sebagai janji dari Allah,
ketika telah selesai membaca doanya, Allah akan membangun untuknya sebuah
istana di surga, dan Allah akan memberikan pahala yang setara dengan empat
Nabi; yaitu Ibrahim, Musa, Isa dan Engkau wahai Muhammad”.
Aku bertanya: “Wahai saudaraku Jibril! Pahala ini
untuk orang yang membacanya atau membawanya?”
Jibril Menjawab: “Demi Dzat Yang telah mengutusmu
dengan Haqq sebagai Nabi. Sesungguhnya (ada suatu tempat/planet) di ujung barat
yang tanahnya putih, didalamnya tinggal segolongan makhluk yang senantiasa
menyembah kepada Allah dan tidak mendurhakai-Nya selamanya. Mereka sampai
merobek-robek kulitnya karena menangis. Kemudian Allah mewahyukan kepada
mereka: “Mengapa kalian takut dan tidak pernah berbuat durhaka sekejap mata
pun”.
Mereka berkata: “Kami khawatir apabila Engkau murka
kepada kami dan mengazab kami dengan api neraka”.
Nabi SAW bertanya: “Wahai saudaraku Jibril! Apakah
mereka anak keturunan Adam?”
Jibril menjawab: “Demi Dzat Yang telah mengutusmu
dengan Haqq sebagai Nabi. Mereka tidak ada yang mengetahui bahwa Allah telah
menciptakan Adam dan iblis. Di tempat mereka, matahari terbit setiap 40 hari
sekali. Mereka tidak makan dan tidak minum. Dan sesungguhnya Allah akan
memberikan pahala yang setara dengan ibadah (yang) mereka (lakukan) kepada
orang yang memiliki doa ini, jika pemilik itu adalah orang yang beriman lagi
tulus-bersih dari segala cela.
Rasulullah SAW bertanya: “Wahai saudaraku Jibril!
(apakah) Allah akan memberikan semua pahala ini?”
Jibril menjawab: “Demi Dzat Yang telah mengutusmu
dengan Haqq sebagai Nabi. Sesungguhnya Allah membangun sebuah rumah di langit
keempat yang dinamakan Baitul Ma’mur. Setiap hari 70.000 Malaikat memasukinya
dan keluar dari rumah itu seraya tidak kembali lagi sampai hari kiamat. Dan
sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi orang yang membaca doa yang agung ini,
sedangkan ia adalah orang yang beriman lagi tulus, yang setara dengan pahala
orang yang beriman laki-laki dan perempuan dari golongan jin dan manusia sejak
saat mereka diciptakan oleh Allah sampai hari kiamat.
Jibril menambahkan: “Demi Dzat Yang telah
mengutusmu dengan Haqq sebagai Nabi. Sesungguhnya sebuah rumah yang bila
didalamnya terdapat doa yang agung ini tidak akan terkena bencana selamanya.
Dan barang siapa yang menulisnya pada kulit rusa dan mengalungkan (menempelkan)
pada orang yang sakit, akan sembuh dengan izin Allah Ta’ala”.
Aku bertanya: “Wahai saudaraku Jibril! Keutamaan
ini semuanya untuk orang yang memiliki doa ini?”
(Jibril menjawab): “Barang siapa membaca doa yang
agung ini lalu mati, maka matinya adalah mati syahid dan dituliskan untuknya
pahala 900.000 orang yang mati syahid di darat maupun di laut. (Dan jika)
dibaca pada malam hari, Allah akan memberi ampunan dan memberinya segala apa
yang diminta dari kebutuhan-kebutuhan dunia dan akhirat”.
Kemudian aku berkata: “Wahai saudaraku Jibril!
Tambahkanlah (keterangan) kepadaku!”
Jibril menjawab: “Demi Dzat Yang telah mengutusmu
dengan Haqq sebagai Nabi. Aku telah bertanya kepada saudaraku Malaikat Israfil
tentang keutamaan doa yang agung ini. (Malaikat Israfil menjawab): “Allah
Ta’ala berfirman:
“Demi keperkasaan-Ku,
demi keagungan-Ku, demi kemurahan-Ku, demi kemulyaan-Ku. Barang siapa yang
beriman kepada-Ku dan membenarkan Muhammad sebagai seorang Nabi dan membenarkan
doa yang agung ini, Aku akan memberinya pahala yang tidak ada yang dapat
menghitungnya kecuali Aku. Aku adalah Dzat yang bila Aku menghendaki sesuatu
maka Aku berfirman kepadanya: “Jadi, maka terjadilah. Aku adalah Dzat yang bila
Aku memberikan kepada salah satu hamba-Ku, Aku memberikan kepadanya dengan
tanpa takaran, tanpa timbangan, dan tanpa hitungan. Dan jika salah satu
hamba-Ku membaca doa yang agung ini, maka hilanglah kesusahan lahir dan
kesusahan batin dengan izin Allah Ta’ala. Beruntunglah bagi orang yang membaca
doa yang agung ini dan percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dan percaya kepada
doa yang agung ini. Dan celakalah bagi orang yang mengingkarinya lagi tidak
mempercayainya dan tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya”.
Wahai, utusan Allah! barang siapa menulis doa ini
di gelas yang terbuat dari kaca dengan kapur dan minyak misik (kesturi)
kemudian membasuhnya dan memercikkan air itu ke kafan orang mati, Allah SWT
akan menurunkan di dalam kuburnya 100.000 rahmat. Dan Allah akan menghilangkan
dari padanya dari ketakutan kepada Malaikat Munkar dan Nakir. Dan memberikan
keamanan dari siksa kubur. Dan Allah akan mengutus 70 Malaikat untuk si mayit
didalam kuburnya. Setiap Malaikat membawa segenggam cahaya dan menaburkan
cahaya itu kepadanya dan memberikan kabar gembira dengan surga. Dan para
Malaikat itu berkata kepadanya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan
kami untuk menemanimu di dalam kuburmu sampai hari kiamat”, dan Allah akan
memberi keluasan kepadanya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan Allah
akan membukakan baginya pintu ke surga serta menidurkan di dalam kuburnya
bagaikan pengantin dengan pasangannya. Dan Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Aku merasa ‘segan’ kepada seorang hamba yang di kain
kafannya ada doa ini”.
Jibril berkata: “Aku telah mendengar Allah Al-Bariy
‘Azza Wa Jalla berfirman: “Doa ini telah
tertulis pada bubungan ‘Arsy, 5.000 tahun sebelum dunia diciptakan”. Dan
barang siapa berdoa dengan doa ini maka disisi Allah tergolong orang yang
syahid, baik syahid darat maupun syahid laut”.
Aku bertanya: “Wahai, saudaraku Jibril! apakah
termasuk kedua-duanya (syahid darat dan syahid laut)?”
Jibril menjawab: “Wahai, Muhammad! Demi Dzat Yang
telah mengutusmu dengan Haqq sebagai Nabi. Sesungguhnya Allah Ta’ala menuliskan
untuknya setara pahala 900 orang yang mati syahid baik syahid di darat maupun
di laut”.
Jibril menambahkan: “Wahai, Muhammad! Demi Dzat
Yang telah mengutusmu dengan Haqq sebagai Nabi. Sesunggunya bila doa ini dibaca
di waktu malam, sungguh Allah Azza Wa Jalla akan menggenggam (jiwa) seseorang
ketika tidurnya dan menjaganya serta memberinya segala apa yang di minta dari
hajat dunia dan akhirat”.
Aku berkata: “Wahai, saudaraku Jibril! Tambahilah
(keterangan) kepadaku”.
Jibril menjawab: “Demi Dzat Yang telah mengutusmu
dengan Haqq sebagai Nabi. Sesungguhnya Aku telah bertanya kepada Allah Ta’ala
tentang itu. Allah Azza Wa Jalla berfirman:
“Demi keperkasaan-Ku,
demi keagungan-Ku, demi kemurahan-Ku, demi kemulyaan-Ku, dan tingginya
keluhuran-Ku didalam kedudukan-Ku, dengan kekuasaan-Ku, sesungguhnya barang
siapa yang beriman kepada-Ku dan percaya kepadamu dan percaya kepada doa ini
dan pahalaNya, niscaya Aku akan memberinya kerajaan. Sesungguhnya Aku adalah
Allah yang tidak akan berkurang perbendaharaan-Ku dan tidak akan musnah apa
yang ada disisi-Ku. Walaupun Aku menjadikan surga untuk salah seorang dari
hamba-Ku, tidak akan menjadi berkurang perbendaharaan-Ku”.
Dan barang siapa berdoa dengan doa ini disertai niat
yang tulus lagi bersih dan tidak tercampur dengan keraguan (dibaca) pada awal
dan akhir bulan Ramadhan dan pada setiap malam Jum’at, Allah Ta’ala akan
memberinya pahala dengan 70.000 Malaikat di setiap penjuru langit dan 70.000
Malaikat di kota Madinah, dan (diberikan pula) 70.000 Malaikat di arah Barat.
Setiap Malaikat mempunyai 20.000 kepala. Dan setiap kepala mempunyai 70.000
mulut. Dan setiap mulut mempunyai 70.000 lidah yang bertasbih kepada Allah
Ta’ala dengan bahasa yang berbeda-beda. Dan menjadikan pahala mereka untuk
orang yang membaca doa ini.
Wahai, Nabiyullah! Barang siapa berdoa dengan doa
ini, tidak ada penghalang antara dia dengan Allah, dan tidak ada sesuatupun
yang dicari (diminta) selain bahwa Allah akan memberikan kepadanya.
Wahai, Utusan Allah! Setiap hamba yang berdoa
dengan doa ini, Allah akan mengutus baginya ketika keluar dari kuburnya dengan
70.000 Malaikat. Di setiap tangan Malaikat terdapat bendera dari cahaya dan
(diutus pula) 70.000 pelayan laki-laki. Setiap pelayan mengendalikan kendaraan
yang sangat bagus yang bagian dalamnya terbuat dari mutiara dan bagian luarnya
terbuat dari batu permata hijau, dan motif hiasannya terbuat dari permata yakut
merah. Di atas setiap kendaraan tersebut terdapat kubah (yang terbuat) dari
cahaya. Di setiap kubah terdapat 400 pintu dengan tirai (yang terbuat) dari
sutra tipis yang berkilauan. Di setiap kubah terdapat pelayan wanita yang
juntaian rambutnya seharum minyak misik (kesturi). Diatas kepala setiap pelayan
itu terdapat mahkota dari emas yang kemerahan. Para Malaikat itu bertasbih
kepada Allah Ta’ala, menyucikan-Nya, dan membaca tahlil kepada-Nya. Serta
menjadikan pahala tasbih mereka, penyucian mereka, dan tahlil mereka untuk
hamba yang beriman yang membaca serta berdoa dengan doa ini.
Setelah itu diutus pula 70.000 Malaikat dan setiap
Malaikat membawa gelas piala yang terbuat dari mutiara putih. Di dalamnya
terdapat empat jenis minuman, yaitu minuman dari air, minuman dari arak murni,
minuman dari susu, dan minuman dari madu. Di setiap tutupnya terdapat sapu
tangan yang bertuliskan: Lâ ilâha
illallâh wahdahu lâ syarîka lahu:
Dan di bawahnya terdapat cincin/materai sebagai
hadiah dari Allah Al-Bariy kepada Fulan Bin Fulan yang senantiasa tekun dan
teratur membaca doa ini. Dan pembaca doa ini berkedudukan di pelataran hari
kiyamat. sampai-sampai seluruh makhluk memperhatikannya dan
bertanya-tanya: “Nabi siapa ini?”
Sedangkan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan
dan pembantu-pembantu yang berkendaraan sangat bagus serta para Malaikat mengelilingi
dari depan dan belakangnya, mereka mengiring (mengawal) sampai dibawah ‘Arsy.
Kemudian ada seruan dari arah (Allah) Ar-Rahman: “Wahai,
hamba-Ku! Masuklah ke surga dengan tanpa hisab!”
Wahai, Utusan Allah! Siapapun hamba yang berdoa
dengan doa ini Malaikat menjadi kelelahan dalam mencatat kebaikannya.
Aku bertanya: “Wahai, saudaraku Jibril! Balasan apa
yang diberikan kepada orang yang berdoa dengan doa ini di awal dan akhir
Ramadhan sebanyak tiga kali?”
Jibril menjawab: “Wahai, Muhammad! Sungguh Allah
telah mengharamkan jasadnya tersentuh
api neraka. Dan barang siapa berdoa dengan doa ini maka sesungguhnya baginya
disisi Allah ketentuan dan kedudukan yang mulya. Dan barang siapa berdoa dengan
doa ini, Allah mewakilkan Malaikat untuk menjaganya dari perbuatan maksiat, dan
bertasbih kepada Allah, dan mengkuduskannya, dan menjaganya dari segala
marabahaya. Dan membukakan baginya pintu-pintu surga yang tembus dengan
pintu-pintu neraka. Dan selama ia hidup maka ia berada dalam perlindungan Allah
Ta’ala, dan ketika wafatnya maka sungguh telah disediakan baginya apa-apa yang
(dahulu)telah Kami tentukan kepadanya”.
Nabi SAW bersabda: “Berilah himbauan padaku tentang
doa ini!”
Kemudian Jibril menjawab: “Takutlah kepada Allah…
takutlah kepada Allah… Janganlah engkau mengajarkan doa ini kecuali kepada
orang-orang yang beriman”.
Al-Husain ibn Ali ibn Abu Thalib karramallahu wajhah berkata: “Baginda
Rasulullah mewasiatkan kepadaku untuk mengagungkan doa ini dan menjaganya.”
Kemudian Ali
karramallahu wajhah wa radhiyallahu
‘anh berkata tentang hal ini: “Ada
beberapa cerita tentang doa ini yang mengisahkan kecepatan terkabulnya permintaan. Dan doa ini
memuat 1001 Nama yang telah dijadikan oleh Allah Ta’ala sebagai Perisai dan
Pengaman bagi orang yang berdoa dengan doa ini dari perkara dunia dan akhirat,
juga (doa ini adalah) obat”.
Nabi SAW bersabda: “Wahai, Ali! Ajarilah keluargamu
dan teman-temanmu dan doronglah mereka (agar berdoa) dengan doa ini dan
jadikanlah perantaraan kepada Allah Ta’ala dengan Nama-nama-Nya dan mengenal
terhadap nikmat-nikmat-Nya, dan haramkan atas mereka jika mengajarkan doa itu
kepada orang musyrik. Karena sesungguhnya tidak ada hajat yang diminta kepada
Allah selain bahwa Allah akan memberikan kepadanya dan menjaganya dari apa-apa
yang ditakutinya.
Nabi SAW bersabda: “Wahai, Ali! Saudaraku Jibril
telah memberitahukan kepadaku tentang keutamaan doa ini, bahwa tidak ada yang
mengetahui keutamaannya (dengan Haqq) selain Allah Ta’ala sendiri. Dan doa ini
mengandung banyak khasiyat, sehingga kami meringkas penjelasannya karena
khawatir memanjang-lebarkan. Maka, wahai orang yang memiliki hizib yang agung
dan doa yang mustajab ini, berlaku atasmu bila engkau membacanya, (bahwa)
walaupun setiap hari sekali, atau setiap Jum’at sekali, walaupun sekali tiap
bulan, walaupun setiap tahun hanya sekali, dan sekalipun selama hidupmu hanya
sekali: Jagalah dengan seksama. Karena sesungguhnya doa ini bermanfaat bagi
orang yang membawanya atau membacanya dimanapun tempat yang dikehendakinya. Aku
akan menuturkan kepadamu beberapa faedahnya ketika engkau membawanya dalam
keadaan suci yang sempurna dan dengan niat yang tulus (bersih) dari keraguan.
Karena sesungguhnya niat itu bermanfaat bagi yang memilikinya, sedangkan ikhlas
lebih bermanfaat.
Doa ini bermanfaat untuk menguatkan rasa
cinta-kasih, agar memudahkan dalam penerimaan sesuatu, untuk mengalahkan
argumentasi lawan, untuk menghadapi hakim dan pemerintah, para sultan/pemimpin,
para akuntan, untuk menghadapi musuh, untuk (keamanan) perjalanan siang dan malam,
untuk menghindari sabetan pedang, tombak dan panah, untuk penyakit mata dan
pandangan kabur, untuk membatalkan sihir, untuk melepaskan orang yang diikat,
untuk melepaskan tawanan, dan melepaskan orang yang dipenjara. (Dan faedahnya
lagi bagi) yang membaca doa ini dan membawanya akan dibebaskan dengan izin
Allah Ta’ala. Juga untuk menghadapi ular kecil, kalajengking, ular besar, untuk
menghindari anak panah, untuk menolak segala alat dari besi, untuk mendatangkan
hajat, untuk orang hamil agar mudah melahirkan, untuk pengantin agar
berseri-seri, untuk mencegah peluru, (dengan syarat) ketika membawanya dalam
keadaan suci dan dengan niat yang tulus (bersih) dari keraguan.
Maka, wahai orang yang memiliki Hizib ini,
pertahankanlah kesungguhanmu dan jagalah doa ini, maka Allah akan menjagamu
jika engkau menjaganya. Dan sungguh telah lepas dari tanggunganku kepada
tanggunganmu dan aku berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Sebaik-baik Wakil, dan
cukuplah Dia bagiku, dan kepada-Nyalah aku berserah diri”.
Doa ini telah dituturkan dan dibaca penjelasannya
dengan memuji Allah Ta’ala. Telah selesai penjelasan Hizib yang diberkahi ini
yang dinamakan dengan “Hirzul Jausyan”.
—oOo—
Penjelasan
diatas kami terjemahkan dari Syarâh
Al-Jawsyan oleh Syeikh Mahrus
‘Aly
(1907-1985), terbitan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, cetakan 1423H/2002M.
Dalam setiap akhir ayat membaca:
subhânaka
lâ ilâha illâ antal ghowtsul ghowtsul ghowts, khollishnâ minan nâri yâ robbi. (Maha Suci Engkau, tiada Tuhan kecuali
Engkau, tolonglah, tolonglah, tolonglah, selamatkan kami dari api neraka wahai
Tuhanku).
JAWSYAN KABIR (1001 ASMA ALLAH)
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ allôhu, yâ rohmânu, yâ rohîmu, yâ karîmu, yâ muqîmu, yâ ‘azhîmu, yâ qodîmu, yâ ‘alîmu, yâ halîmu, yâ hakîmu. (1)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: wahai Allah, wahai Yang Maha
Pengasih, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Maha Mulia, wahai Yang Maha
Kokoh, wahai Yang Maha Agung, wahai Yang Maha Terdahulu, wahai Yang Maha
Mengetahui, wahai Yang Maha Santun, wahai Yang Maha Bijaksana.
yâ sayyidas sâdât, yâ mujîbad da’awât, yâ rôfi’ad
darojât, yâ waliyyal hasanât, yâ ghôfirol
khothî`ât, yâ mu’thiyal mas`alât, yâ qôbilat tawbât, yâ sâmi’al ashwât, yâ
‘âlimal khofiyyât, yâ dâfi’al baliyyât. (2)
Wahai Tuan semua tuan, wahai Yang
Menjawab semua doa, wahai Yang Meninggikan semua derajat, wahai Yang Memiliki
semua kebaikan, wahai Yang Mengampuni semua kesalahan, wahai Yang Memberi semua
permintaan, wahai Yang Menerima semua taubat, wahai Yang Mendengar semua suara,
wahai Yang Mengetahui semua yang tersembunyi, wahai Yang Menolak bala-bencana.
yâ khoyrol ghôfirîn, yâ khoyrol fâtihîn, yâ
khoyron nâshirîn, yâ khoyrol hâkimîn, yâ khoyror rôziqîn, yâ khoyrol
wâritsîn, yâ khoyrol hâmidîn, yâ khoyrodz dzâkirîn, yâ khoyrol munzilîn,
yâ khoyrol muhsinîn. (3)
Wahai Yang Terbaik dari semua yang
mengampuni, wahai Yang Terbaik dari semua yang memberi kemenangan, wahai Yang
Terbaik dari semua yang memberi pertolongan, wahai Yang Terbaik dari semua yang
menghakimi, wahai Yang Terbaik dari semua yang memberi rizki, wahai Yang
Terbaik dari semua yang mewarisi, wahai Yang Terbaik dari semua yang memuji,
wahai Yang Terbaik dari semua yang mengingat, wahai Yang Terbaik dari semua
yang menurunkan sesuatu, wahai Yang Terbaik dari semua yang berbuat kebaikan.
yâ man lahul ‘izzatu wal jamâl, yâ man lahul
qudrotu wal kamâl, yâ man lahul mulku wal jalâl, yâ man huwal kabîrul muta’âl,
yâ munsyi`as sahâbits tsiqôl, yâ man huwa syadîdul mihâl, yâ man
huwa sarî’ul hisâb, yâ man huwa syadîdul ‘iqôb, yâ man ‘indahû husnuts
tsawâb, yâ man ‘indahû ummul kitâb. (4)
Wahai Yang bagi-Nyalah keperkasaan dan
keindahan, wahai Yang bagi-Nyalah kekuasaan dan kesempurnaan, wahai Yang
bagi-Nyalah kerajaan dan keagungan, wahai Dialah Yang Maha Besar lagi
ditinggikan, wahai Yang Mengadakan awan yang bermuatan, wahai Dialah Yang Maha
Keras tipu daya-Nya, wahai Dialah Yang Maha Cepat perhitungan-Nya, wahai Dialah
Yang Maha Keras hukuman-Nya, wahai Yang disisi-Nyalah pahala yang baik, wahai Yang
disisi-Nyalah Induk Kitab.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ hannânu,
yâ mannânu, yâ dayyânu, yâ burhânu, yâ sulthônu, yâ ridhwânu, yâ ghufrônu, yâ
subhânu, yâ musta’ânu, yâ dzal manni wal bayân. (5)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: wahai Sang Pengasih, wahai Sang
Pemurah, wahai Sang Pemenang, wahai Sang Pembukti, wahai Sang Sultan, wahai
Yang Suka Meridhoi, wahai Yang Suka Mengampuni, wahai Yang Maha Suci, wahai
Yang Dimintai pertolongan, wahai Sang Pemilik kemurahan dan penjelasan.
yâ man tawâdho’a kullu syay`in li’azhomatihi, yâ
manistaslama kullu syay`in liqudrotihi, yâ man dzalla kullu syay`in
li’izzatihi, yâ man khodho’a kullu syay`in lihaybatihi, yâ maninqôda kullu
syay`in min khosy-yatihi, yâ man tasyaqqoqotil jibâlu min makhôfatihi, yâ man
qômatis samâwâtu bi-amrihi, yâ manistaqorrotil ardhûna bi-idznihi, yâ man
yusabbihur ro’du bihamdihi, yâ man lâ ya’tadî ‘alâ ahli
mamlakatihi. (6)
Wahai Yang segala sesuatu tunduk dalam
keagungan-Nya, wahai Yang segala sesuatu pasrah dalam kekuasaan-Nya, wahai Yang
segala sesuatu takluk dalam keperkasaan-Nya, wahai Yang segala sesuatu merendah
dalam kehebatan-Nya, wahai Yang segala sesuatu merunduk karena takut
kepada-Nya, wahai Yang semua gunung terbelah karena takut kepada-Nya, wahai
Yang semua langit tegak dengan perintah-Nya, wahai Yang semua bumi terhampar
dengan izin-Nya, wahai Yang petir bertasbih dengan puji-pujian-Nya, wahai Yang
tidak menzalimi penghuni kerajaan-Nya.
yâ ghôfirol khothôyâ, yâ kâsyifal balâyâ, yâ
muntahar rojâyâ, yâ mujzilal ‘athôyâ, yâ wâhibal hadâyâ, yâ rôziqol barôyâ, yâ
qôdhiyal manâyâ, yâ sâmi’asy syakâyâ, yâ bâ’itsal barôyâ, yâ muthliqol usâro. (7)
Wahai Yang Mengampuni semua kesalahan,
wahai Yang Menghilangkan segala bala’-bencana, wahai Yang Akhir dari semua
harapan, wahai Yang Melimpahkan pemberian, wahai Yang Mencurahkan semua
karunia, wahai Yang Pemberi rizki semua makhluk, wahai Yang Menunaikan semua
harapan, wahai Yang Mendengar semua pengaduan, wahai Yang Membangkitkan manusia,
wahai Yang Membebaskan semua tawanan.
yâ dzal hamdi wats tsanâ`i, yâ dzal fakhri
wal bahâ`i, yâ dzal majdi was sanâ`i, yâ dzal ‘ahdi wal wafâ`i, yâ dzal ‘afwi
war ridhô`i, yâ dzal manni wal ‘athô`i, yâ dzal fadhli wal qodhô`i, yâ dzal
‘izzi wal baqô`i, yâ dzal jûdi was sakhô`i, yâ dzal âlâ`i wan na’mâ`i. (8)
Wahai Yang Memiliki segala puja dan
puji, wahai Yang Memiliki keagungan dan kebesaran, wahai Yang Memiliki
kemuliaan dan cahaya, wahai Yang Memiliki janji dan kesetian, wahai Yang
Memiliki pengampuan dan ridha, wahai Yang Memiliki karunia dan pemberian, wahai
Yang Memiliki keutamaan dan ketentuan, wahai Yang Memiliki kemuliaan dan
keabadian, wahai Yang Memiliki kedermawanan dan kasih sayang, wahai Yang
Memiliki semua karunia dan kenikmatan.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ mâni’u, yâ
dâfi’u, yâ rôfi’u, yâ shôni’u, yâ nâfi’u, yâ sâmi’u, yâ jâmi’u, yâ syâfi’u, yâ
wâsi’u, yâ mûsi’u. (9)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Sang Pencegah, wahai Sang Pemenang,
wahai Sang Pengangkat, wahai Sang Pembuat, wahai Sang Pemberi manfaat, wahai
Sang Pendengar, wahai Sang Pengumpul, wahai Sang Penolong, wahai Sang Pengluas,
wahai Sang Pemberi keluasan.
yâ shôni’a kulli mashnû’in, yâ khôliqo kulli
makhlûqin, yâ rôziqo kulli marzûqin, yâ mâlika kulli mamlûkin, yâ kâsyifa kulli
makrûbin, yâ fârija kulli mahmûmin, yâ rôhima kulli marhûmin, yâ
nâshiro kulli makhdzûlin, yâ sâtiro kulli ma’yûbin, yâ malja`a kulli mathrûdin.
(10)
Wahai Sang Pembuat semua yang dibuat, wahai
Sang Pencipta semua yang dicipta, wahai Sang Pemberi semua yang diberikan,
wahai Sang Pemilik semua yang dimiliki, wahai Sang Penghapus semua yang
terbebani, wahai Yang Melonggarkan semua duka, wahai Sang Penyayang semua yang
disayang, wahai Sang Penolong semua yang terlantar, wahai Sang Penutup semua
yang tercela, wahai Tempat berlindung semua yang terusir.
yâ ‘uddatiy ‘inda siddatî, yâ rojâ`î ‘inda
mushîbatî, yâ mû`nisî ‘inda wakhsyatî, yâ shôhibî ‘inda ghurbatî, yâ
waliyyî ‘inda ni’matî, yâ ghiyâtsî ‘inda kurbatî, yâ dalîlî ‘inda hayrotî,
yâ ghonâ`î ‘indaftiqôrî, yâ malja`î indadhthirôrî, yâ mu’înî ‘inda mafza’î. (11)
Wahai Pembelaku dalam kesulitanku, wahai
Harapanku dalam musibahku, wahai Penghiburku dalam kesepianku, wahai Sahabatku
dalam keterasinganku, wahai kekasihku dalam nikmatku, wahai Penolongku dalam
kesusahanku, wahai Pembimbingku dalam kebingunganku, wahai Kekayaanku dalam
kefakiranku, wahai Sandaranku dalam kesengsaraanku, wahai Penolongku dalam
pencarian perlindunganku.
yâ ‘allâmal ghuyûb, yâ ghoffârodz dzunûb, yâ
sattârol ‘uyûb, yâ kâsyifal kurûb, yâ muqollibal qulûb, yâ thobîbal qulûb, yâ
munawwirol qulûb, yâ anîsal qulûb, yâ mufarrijal humûm, yâ munaffisal ghumûm. (12)
Wahai Yang Mengetahui semua keghaiban,
wahai Yang Mengampuni dosa-dosa, wahai Yang Menutupi aib-aib, wahai Yang
Menghilangkan beban-derita, wahai Yang Membolak-balikkan hati, wahai Sang
dokter semua hati, wahai Yang Menerangi semua hati, wahai Yang Melembutkan
semua hati, wahai Yang Menyingkapkan semua kesedihan, wahai Yang membuka tabir
kegelapan.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ jalîlu, yâ
jamîlu, yâ wakîlu, yâ kafîlu, yâ dalîlu, yâ qobîlu, yâ mudîlu, yâ munîlu, yâ
muqîlu, yâ muhîlu. (13)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Maha Agung, wahai Yang
Maha Indah, wahai Yang Maha Mewakili, wahai Sang Penjamin, wahai Sang Penuntun,
wahai Sang Penerima, wahai Sang Pemenang, wahai Sang Pemberi, wahai Sang
Pembangkit, wahai Sang Pengubah.
yâ dalîlal mutahayyirîn, yâ ghiyâtsal
mustaghîtsîn, yâ shorîkhol mustashrihîn, yâ jârol mustajîrîn, yâ amânal
khô`ifîn, yâ ‘awnal mu`minîn, yâ rôhimal masâkîn, yâ malja`al ‘âshîn, yâ
ghôfirol mudznibîn, yâ mujîba da’watil mudhthorrîn. (14)
Wahai Yang Menuntun orang-orang yang
bingung, wahai Yang Menolong orang-orang yang minta pertolongan, wahai Yang
Menjawab orang-orang yang minta bantuan, wahai Yang Melindungi orang-orang yang
minta perlindungan, wahai Yang Mengamankan orang-orang yang ketakutan, wahai
Yang Menolong orang-orang beriman, wahai Yang Menyayangi orang-orang miskin,
wahai tempat berlindung orang-orang yang bermaksiat, wahai Yang Mengampuni
orang-orang yang berdosa, wahai Yang Menjawab doa orang-orang yang sengsara.
yâ dzal jûdi wal ihsâni, yâ dzal fadhli wal
imtinâni, yâ dzal amni wal amâni, yâ dzal qudsi was sub-hâni, yâ dzal hikmati
wal bayâni, yâ dzar rohmati war ridhwâni, yâ dzal hujjati wal
burhâni, yâ dzal ‘azhomati was sulthôni, yâ dzar ro`fati wal musta’âni, yâ dzal
‘afwi wal ghufrôni. (15)
Wahai Yang Memiliki kedermawanan
kebaikan, wahai Yang Memiliki karunia dan anugerah, wahai Yang Memiliki
keamanan dan pengamanan, wahai Yang Memiliki kesucian dan kesempurnaan, wahai
Yang Memiliki hikmah dan penjelasan, wahai Yang Memiliki rahmat dan keridhaan,
wahai Yang Memiliki argumen dan penjelasan, wahai Yang Memiliki keagungan dan
kekuasaan, wahai Yang Memiliki kasih-sayang dan pertolongan, wahai Yang
Memiliki maaf dan pengampunan.
yâ man huwa robbu kulli syay`in, yâ man huwa ilâhu
kulli syay`in, yâ man huwa khôliqu kulli syay`in, yâ man huwa shôni’u kulli
syay`in, yâ man huwa qobla kulli syay`in, yâ man huwa ba’da kulli syay`in, yâ
man huwa fawqo kulli syay`in, yâ man huwa ‘âlimun bikulli syay`in, yâ man huwa
qôdirun ‘alâ kulli syay`in, yâ man huwa yabqô wa yafnâ kullu syay`in. (16)
Wahai Dialah Pengatur segala sesuatu,
wahai Dialah Tuhan segala sesuatu, wahai Dialah Pencipta segala sesuatu, wahai
Dialah Pembuat segala sesuatu, wahai Dialah Yang ada sebelum segala sesuatu,
wahai Dialah Yang ada sesudah segala sesuatu, wahai Dialah Yang diatas segala
sesuatu, wahai Dialah Yang Mengetahui segala sesuatu, wahai Dialah Yang
Berkuasa atas segala sesuatu, wahai Dialah Yang Kekal setelah musnah segala
sesuatu.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ mu`minu, yâ
muhayminu, yâ mukawwinu, yâ mulaqqinu, yâ mubayyinu, yâ muhawwinu, yâ
mumakkinu, yâ muzayyinu, yâ mu’linu, yâ muqossimu. (17)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Memberi rasa aman, wahai
Yang Maha Mencinta, wahai Yang Maha Menyusun, wahai Yang Maha Membimbing, wahai
Yang Maha Menjelaskan, wahai Yang Maha Memudahkan, wahai Yang Maha Mengokohkan,
wahai Yang Maha Menghias, wahai Yang Maha Membentuk, wahai Yang Maha Membagi.
yâ man huwa fî mulkihi muqîmun, yâ man huwa fî sulthônihi
qodîmun, yâ man huwa fî jalâlihi ‘azhîmun, yâ man huwa ‘alâ ‘ibâdihi rohîmun,
yâ man huwa bikulli syay`in ‘alîmun, yâ man huwa biman ‘ashôhû halîmun,
yâ man huwa biman rojâhû karîmun, yâ man huwa fî shun’ihi hakîmun, yâ
man huwa fî hikmatihi lathîfun, yâ man huwa fî luthfihi qodîmun. (18)
Wahai Dialah Yang Kekal dalam
kerajaan-Nya, wahai Dialah Yang Terdahulu dalam kekuasaan-Nya, wahai Dialah
Yang Agung dalam kebesaran-Nya, wahai Dialah Yang Penyayang kepada semua
hamba-Nya, wahai Dialah Yang Mengetahui segala sesuatu, wahai Dialah Yang
(tetap) Menyantuni orang-orang yang mendurhakai-Nya, wahai Dialah Yang Dermawan
kepada orang yang berharap kepada-Nya, wahai Dialah Yang Bijaksana dalam
ciptaan-Nya, wahai Dialah Yang Lembut dalam kebijaksanaan-Nya, wahai Dialah
Yang Terdahulu dalam kelembutan-Nya.
yâ man lâ yurjâ illâ fadhluhu, yâ man lâ yus`alu
illâ ‘afwuhu, yâ man lâ yunzhoru illâ birruhu, yâ man lâ yukhôfu illâ ‘adluhu,
yâ man lâ yadûmu illâ mulkuhu, yâ man lâ sulthôna illâ sulthônuhu, yâ man wasi’at
kulla syay`in rohmatuhu, yâ man sabaqot rohmatuhû ghodhobahu, yâ
man ahâtho bikulli syay`in ‘ilmuhu, yâ man laysa ahadun mitslahu.
(19)
Wahai Yang tidak diharapkan kecuali
karunia-Nya, wahai Yang tidak dimohon kecuali maaf-Nya, wahai Yang tidak
dipandang kecuali kebaikan-Nya, wahai Yang tidak ditakuti kecuali keadilan-Nya,
wahai Yang tidak ada yang abadi kecuali kerajaan-Nya, wahai Yang tidak ada
kekuasaan kecuali kekuasaan-Nya, wahai Yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu,
wahai Yang rahmat-Nya mendahului murka-Nya, wahai Yang ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu, wahai Yang tak ada seorangpun yang menyerupai-Nya.
yâ fârijal hammi, yâ kâsyifal ghommi, yâ ghôfirodz
dzanbi, yâ qôbilat tawbi, yâ khôliqol kholqi, yâ shôdiqol wa’di, yâ mûfiyal
‘ahdi, yâ ‘âlimas sirri, yâ fâliqol habbi, yâ rôziqol anâmi. (20)
Wahai Yang Membahagiakan duka, wahai
Yang Menghilangkan derita, wahai Yang Mengampuni dosa, wahai Yang Menerima
taubat, wahai Yang Mencipta makhluk, wahai Yang Menepati janji, wahai Yang
Memenuhi janji, wahai Yang Mengetahui rahasia, wahai Yang Membelah benih, wahai
Yang Memberi rizki makhluk hidup.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ ‘aliyyu, yâ
wafiyyu, yâ ghoniyyu, yâ maliyyu, yâ hafiyyu, yâ rodhiyyu, yâ zakiyyu,
yâ badiyyu, yâ qowiyyu, yâ waliyyu. (21)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Maha Tinggi, wahai Yang
Maha Menepati, wahai Yang Maha Kaya, wahai Yang Maha Memenuhi, wahai Yang Maha
Setia, wahai Yang Maha Meridhoi, wahai Yang Maha Suci, wahai Yang Maha Tampak,
wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Memimpin.
yâ man azh-harol jamîl, yâ man satarol qobîh,
yâ man lam yu`âkhidz bil-jarîroh, yâ man lam yahtikis sitro, yâ ‘azhîmal ‘afwi,
yâ hasanat tajâwuz, yâ wâsi’al maghfiroh, yâ bâsithol yadayni birrohmah,
yâ shôhiba kulli najwa, yâ muntahâ kulli syakwa. (22)
Wahai Yang Menampakkan keindahan, wahai
Yang Menutupi keburukan, wahai Yang tidak (lekas) menghukum yang salah, wahai
Yang tidak mengoyak tabir, wahai Yang Amat besar maaf-Nya, wahai Yang Maha Baik
dan Bijaksana, wahai Yang Maha Luas ampunan-Nya, wahai Yang Membentangkan
kekuasaan dengan kasih sayang, wahai Pemilik segala bisik-rahasia, wahai Tujuan
akhir dari segala pengaduan.
yâ dzan ni’matis sâbighoh, yâ dzar rohmatil
wâsi’ah, yâ dzal minnatis sâbiqoh, yâ dzal hikmatil bâlighoh, yâ dzal
qudrotil kâmilah, yâ dzal hujjatil qôthi’ah, yâ dzal karômatizh
zhôhiroh, yâ dzal ‘izzatid dâ`imah, yâ dzal quwwatil matînah, yâ dzal
‘azhomatil manî’ah. (23)
Wahai Sang Pemilik nikmat yang sempurna,
wahai Sang Pemilik kasih yang luas, wahai Sang Pemilik anugerah yang terdahulu,
wahai Sang Pemilik kebijaksanaan yang paripurna, wahai Sang Pemilik kekuasaan
yang sempurna, wahai Sang Pemilik bukti yang mematikan, wahai Sang Pemilik
kemuliaan yang nyata, wahai Sang Pemilik keperkasaan yang abadi, wahai Sang
Pemilik kekuatan yang kokoh, wahai Sang Pemilik keagungan yang tak terkalahkan.
yâ badî’as samâwât, yâ jâ’ilazh zhulumât, yâ rôhimal
‘abarôt, yâ muqîlal ‘atsarôt, yâ sâtirol ‘awrôt, yâ muhyiyal amwât, yâ
munzilal âyât, yâ mudho’’ifal hasanât, yâ mâhiyas sayyi`ât, yâ
syadîdan naqimât. (24)
Wahai Yang Memulai penciptaan langit,
wahai Yang Menjadikan kegelapan, wahai Yang Menyayangi orang-orang yang
mencucurkan air mata, wahai Yang Memaafkan kesalahan, wahai Yang Menutupi
perkara-perkara yang memalukan, wahai Yang Menghidupkan apapun yang mati, wahai
Yang Menurunkan ayat-ayat (tanda-tanda), wahai Yang Melipatgandakan kebaikan,
wahai Yang Menghapus keburukan, wahai Yang sangat keras siksa-Nya.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ mushowwiru, yâ
muqoddiru, yâ mudabbiru, yâ muthohhiru, yâ munawwiru, yâ muyassiru, yâ
mubasysyiru, yâ mundziru, yâ muqoddimu, yâ mu`akhkhiru. (25)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Membentuk, wahai Yang
Menentukan, wahai Yang Mengatur, wahai Yang Membersihkan, wahai Yang Menerangi,
wahai Yang Memudahkan, wahai Yang Mengabarkan kegembiraan, wahai Yang
Memperingatkan, wahai Yang Mendahului, wahai Yang Mengakhiri.
yâ robbal baytil harôm, yâ robbasy syahril harôm,
yâ robbal baladil harôm, yâ robbar rukni wal maqôm, yâ robbal masy’aril harôm,
yâ robbal masjidil harôm, yâ robbal hilli wal-harôm, yâ
robban nûri wazh zholâm, yâ robbat tahiyyati was salâm, yâ robbal
qudroti fil anâm. (26)
Wahai Tuhan Pemilik rumah yang suci,
wahai Tuhan Pemilik bulan yang suci, wahai Tuhan Pemilik negeri yang suci,
wahai Tuhan Pemilik rukun (Yamani) dan maqam (Ibrahim), wahai Tuhan Pemilik
Masy’aril haram, wahai Tuhan Pemilik Masjidil Haram, wahai Tuhan Pemilik halal
dan haram, wahai Tuhan Pemilik cahaya dan kegelapan, wahai Tuhan Yang Memberi
kedamaian dan keselamatan, wahai Tuhan Yang Maha Kuasa atas semua makhluk-Nya.
yâ ahkamal hâkimîn, yâ a’dalal
‘âdilîn, yâ ashdaqosh shôdiqîn, yâ ath-haroth thôhirîn, yâ ahsanal
khôliqîn, yâ asro’al hâsibîn, yâ asma’as sâmi’în, yâ abshoron nâzhirîn,
yâ asyfa’asy syâfi’în, yâ akromal akromîn. (27)
Wahai Yang Paling Bijaksana dari semua
yang bijaksana, wahai Yang Paling Adil dari semua yang adil, wahai Yang Paling
Benar dari semua yang benar, wahai Yang Paling Bersih dari semua yang bersih,
wahai Yang Paling Indah penciptaan-Nya, wahai Yang Paling Cepat
perhitungan-Nya, wahai Yang Paling Mendengar dari semua yang mendengar, wahai
Yang Paling Melihat dari semua yang memperhatikan, wahai Yang Paling Membela
dari semua yang membela, wahai Yang Paling Mulia dari semua yang mulia.
yâ ‘imâda man lâ ‘imâda lahu, yâ sanada man lâ
sanada lahu, yâ dzukhro man lâ dzukhro lahu, yâ hirza man lâ hirza
lahu, yâ ghiyâtsa man lâ ghiyâtsa lahu, yâ fakhro man lâ fakhro lahu, yâ ‘izza
man lâ ‘izza lahu, yâ mu’îna man lâ mu’îna lahu, yâ anîsa man lâ anîsa lahu, yâ
amâna man lâ amâna lahu. (28)
Wahai
Tiang Yang tak butuh tiang bagiNya, wahai Sandaran Yang tak butuh sandaran
bagiNya, wahai Simpanan Yak tak butuh simpanan bagiNya, wahai Pelindung Yang
tak butuh perlindungan bagiNya, wahai Penolong Yang tak butuh pertolongan
bagiNya, wahai Kebanggaan Yang tak butuh kebanggaan bagiNya, wahai Kemuliaan
Yang tak butuh kemuliaan bagiNya, wahai Penolong Yang tak butuh pertolongan
bagiNya, wahai Penghibur Yang tak butuh penghibur bagiNya, wahai Keamanan Yang
tak butuh keamanan bagiNya.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ ‘âshimu, yâ
qô`imu, yâ dâ`imu, yâ rôhimu, yâ sâlimu, yâ hâkimu, yâ ‘âlimu, yâ
qôsimu, yâ qôbidhu, yâ bâsithu. (29)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Sang Penjaga, wahai Sang
Pengawas, wahai Yang Kekal, wahai Sang Penyayang, wahai Sang Penyelamat, wahai
Sang Hakim, wahai Sang Pengabar, wahai Sang Pembagi, wahai Sang Penggenggam,
wahai Sang Pembentang.
yâ ‘âshima manista’shomahu, yâ rôhima
manistarhamahu, yâ ghôfiro manistaghfarohu, yâ nâshiro manistanshorohu,
yâ hâfizho manistahfazhohu, yâ mukrima manistakromahu, yâ
mursyida manistarsyadahu, yâ shorîkho manistashrokhohu, yâ mu’îna
manista’ânahu, yâ mughîtsa manistaghôtsahu. (30)
Wahai Pelindung bagi yang memohon
perlindungan-Nya, wahai Pengasih bagi yang memohon kasih-sayang-Nya, wahai
Pengampun bagi yang memohon pengampunan-Nya, wahai Penolong bagi yang memohon
pertolongan-Nya, wahai Penjaga bagi yang memohon penjagaan-Nya, wahai Yang
Memuliakan bagi yang memohon kemuliaan-Nya, wahai Pembimbing bagi yang memohon
bimbingan-Nya, wahai Penolong bagi yang menjerit memohon pertolongan-Nya, wahai
Yang Membantu bagi yang memohon bantuan-Nya, wahai Pencurah bagi yang memohon
curahan-Nya.
yâ ‘azîzan lâ yudhôm, yâ lathîfan lâ yurôm, yâ
qoyyûman lâ yanâm, yâ dâ`iman lâ yafût, yâ hayyan lâ yamût, yâ malikan
lâ yazûl, yâ bâqiyan lâ yafnâ, yâ ‘âliman lâ yajhal, yâ shomadan lâ yuth’am, yâ
qowiyyan lâ yadh’uf. (31)
Wahai Yang Maha Mulia tak pernah
terhinakan, wahai Yang Maha Lembut tak pernah hancur, wahai Yang Maha Mengawasi
tak pernah tidur, wahai Yang Abadi tak pernah punah, wahai Yang Hidup tak
pernah mati, wahai Yang Maha Kuasa tak pernah binasa, wahai Yang Maha Kekal tak
pernah fana’, wahai Yang Maha Mengetahui tak pernah bodoh, wahai Tempat
bergantung yang tak pernah membutuhkan makan, wahai Yang Maha kuat tak pernah
terlemahkan.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ ahadu,
yâ wâhidu, yâ syâhidu, yâ mâjidu, yâ hâmidu, yâ rôsyidu, yâ
bâ’itsu, yâ wâritsu, yâ dhôrru, yâ nâfi’u. (32)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Maha Tunggal, wahai Yang
Maha Esa, wahai Yang Maha Menyaksikan, wahai Yang Maha Luhur, wahai Yang Maha
Memuji, wahai Yang Maha Membimbing (kepada kebenaran), wahai Yang Maha
Membangkitkan, wahai Yang Maha Mewariskan, wahai Yang Maha Memberi bahaya,
wahai Yang Maha Memberi kemanfaatan.
yâ a’zhoma min kulli ‘azhîmin, yâ akroma min kulli
karîmin, yâ arhama min kulli rohîmin, yâ a’lama min kulli
‘alîmin, yâ ahkama min kulli hakîmin, yâ aqdama min kulli
qodîmin, yâ akbaro min kulli kabîrin, yâ althofa min kulli lathîfin, yâ ajalla
min kulli jalîlin, yâ a’azza min kulli ‘azîzin. (33)
Wahai Yang Paling Agung dari segala yang
teragung, wahai Yang Paling Mulia dari segala yang termulia, wahai Yang Paling
Penyayang dari segala yang penyayang, wahai Yang Paling Mengetahui dari segala
yang mengetahui, wahai Yang Paling Bijaksana dari segala yang bijaksana, wahai
Yang Paling Terdahulu dari segala yang terdahulu, wahai Yang Paling Besar dari
segala yang terbesar, wahai Yang Paling Lembut dari segala yang terlembut,
wahai Yang Paling Hebat dari segala yang hebat, wahai Yang Paling Perkasa dari
segala yang perkasa.
yâ karîmash shof-hi, yâ ‘azhîmal manni, yâ
katsîrol khoyri, yâ qodîmal fadhli, yâ dâ`imal luthfi, yâ lathîfash shun’iy, yâ
munaffisal karbi, yâ kâsyifadh dhurri, yâ mâlikal mulki, yâ qôdhiyal haqqi.
(34)
Wahai Yang Mulia ampunan-Nya, wahai Yang
Agung karunia-Nya, wahai Yang Banyak kebaikan-Nya, wahai Yang Terdahulu
keutamaan-Nya, wahai Yang Langgeng kelembutan-Nya, wahai Yang Lembut
perbuatan-Nya, wahai Yang Meringankan kedukaan, wahai Yang Melenyapkan bahaya,
wahai Sang Raja Diraja, wahai Yang Menentukan kebenaran.
yâ man huwa fî ‘ahdihi wafiyyun, yâ man huwa fî
wafâ`ihi qowiyyun, yâ man huwa fî quwwatihi ‘aliyyun, yâ man huwa fî ‘uluwwihi
qorîbun, yâ man huwa fî qurbihi lathîfun, yâ man huwa fî luthfihi syarîfun, yâ
man huwa fî syarofihi ‘azîzun, yâ man huwa fî ‘izzihi ‘azhîmun, yâ man huwa fî
‘azhomatihi majîdun, yâ man huwa fî majdihi hamîdun. (35)
Wahai Dialah Yang Menepati janji-Nya,
wahai Dialah Yang Kuat dalam menepati janji-Nya, wahai Dialah Yang Maha Tinggi
kekuatan-Nya, wahai Dialah Yang Dekat ketinggian-Nya, wahai Dialah Yang Maha
Lembut kedekatan-Nya, wahai Dialah Yang Maha Mulia kelembutan-Nya, wahai Dialah
Yang Maha Perkasa kemuliaan-Nya, wahai Dialah Yang Maha Agung keperkasaan-Nya,
wahai Dialah Yang Maha Luhur keagungan-Nya, wahai Dialah Yang Maha Terpuji
keluhuran-Nya.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ kâfî, yâ syâfî,
yâ wâfî, yâ mu’âfî, yâ hâdî, yâ dâ’î, yâ qôdhî, yâ rôdhî, yâ ‘âlî, yâ bâqî. [36]
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Maha Mencukupi, wahai
Yang Maha Menyembuhkan, wahai Yang Maha Memenuhi janji, wahai Yang Maha Memaafkan,
wahai Yang Maha Memberi petunjuk, wahai Yang Maha Menyeru, wahai Yang Maha
Menentukan, wahai Yang Maha Meridhoi, wahai Yang Maha Tinggi, wahai Yang Maha
Kekal.
yâ man kullu syay`in khôdhi’un lahu, yâ man kullu
syay`in khôsyi’un lahu, yâ man kullu syay`in kâ`inun lahu, yâ man kullu syay`in
mawjûdun bihi, yâ man kullu syay`in munîbun ilayhi, yâ man kullu syay`in
khô`ifun minhu, yâ man kullu syay`in qô`imun bihi, yâ man kullu syay`in
shô`irun ilayhi, yâ man kullu syay`in yusabbihu bihamdihi, yâ man
kullu syay`in hâlikun illâ wajhahu. [37]
Wahai Yang segala sesuatu takluk
kepada-Nya, wahai Yang segala sesuatu tunduk kepada-Nya, wahai Yang segala
sesuatu ada karena-Nya, wahai Yang segala sesuatu wujud dengan-Nya, wahai Yang
segala sesuatu kembali kepada-Nya, wahai Yang segala sesuatu takut oleh-Nya,
wahai Yang segala sesuatu tegak dengan-Nya, wahai Yang segala sesuatu menuju
kepada-Nya, wahai Yang segala sesuatu bertasbih memuji-Nya, wahai Yang segala
sesuatu musnah kecuali Wajah (Dzat)-Nya.
yâ man lâ mafarro illâ ilayhi, yâ man lâ mafza’a
illâ ilayhi, yâ man lâ maqshoda illâ ilayhi, yâ man lâ manjâ minhû illâ ilayhi,
yâ man lâ yurghobu illâ ilayhi, yâ man lâ hawla walâ quwwata illâ bihi,
yâ man lâ yusta’ânu illâ bihi, yâ man lâ yutawakkalu illâ ‘alayhi, yâ man lâ
yurjâ illâ huwa, yâ man lâ yu’badu illâ huwa. [38]
Wahai Yang tiada tempat berlari kecuali
kepada-Nya, wahai Yang tiada tempat berlindung kecuali kepada-Nya, wahai Yang
tiada tempat yang dituju kecuali pada-Nya, wahai Yang tiada diselamatkan
kecuali oleh-Nya, wahai Yang tiada diinginkan kecuali Dia, wahai Yang tiada
daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya, wahai Yang tiada dimohon pertolongan
kecuali Dia, wahai Yang tiada tempat berserah diri kecuali kepada-Nya, wahai
Yang tiada diharapkan kecuali Dia, wahai Yang tiada disembah kecuali Dia.
yâ khoyrol marhûbîn, yâ khoyrol marghûbîn, yâ khoyrol
mathlûbîn, yâ khoyrol mas`ûlîn, yâ khoyrol maqshûdîn, yâ khoyrol madzkûrîn, yâ
khoyrol masykûrîn, yâ khoyrol mahbûbîn, yâ khoyrol mad’uwwîn, yâ khoyrol
musta`nisîn. [39]
Wahai Sebaik-baik dari semua yang
diharapkan, wahai Sebaik-baik dari semua yang diinginkan, wahai Sebaik-baik
dari semua yang dicari, wahai Sebaik-baik dari semua yang dimintai, wahai
Sebaik-baik dari semua yang dimaksud, wahai Sebaik-baik dari semua yang
diingat, wahai Sebaik-baik dari semua yang disyukuri, wahai Sebaik-baik dari
semua yang dicintai, wahai Sebaik-baik dari semua yang diseru, wahai
Sebaik-baik dari semua yang disukai.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ ghôfiru, yâ
sâtiru, yâ qôdiru, yâ qôhiru, yâ fâthiru, yâ kâsiru, yâ jâbiru, yâ dzâkiru, yâ
nâzhiru, yâ nâshiru. [40]
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Sang Pengampun, wahai Sang
Penutup, wahai Sang Penentu, wahai Sang Penakluk, wahai Sang Pencipta, wahai
Sang Pemecah, wahai Sang Penghimpun kembali, wahai Sang Penyebut, wahai Sang
Pemirsa, wahai Sang Penolong.
yâ man kholaqo fasawwâ, yâ man qoddaro fahadâ, yâ
man yaksyiful balwâ, yâ man yasma’un najwâ, yâ man yunqidzul ghorqô, yâ man
yunjil halkâ, yâ man yasyfil mardhô, yâ man adh-haka wa abkâ, yâ man
amâta wa ahyâ, yâ man kholaqoz zawjaynidz dzakaro wal untsâ. [41]
Wahai Yang Menciptakan lalu
Menyempurnakan, wahai Yang Mentakdirkan lalu memberi petunjuk, wahai Yang
Menghilangkan bala’, wahai Yang Mendengar semua rintihan, wahai Yang
Menyelamatkan yang tenggelam, wahai Yang Menyelamatkan yang binasa, wahai Yang
Menyembuhkan yang sakit, wahai Yang Membuat tertawa dan menangis, wahai Yang
Mematikan dan Menghidupkan, wahai Yang Menciptakan berpasangan laki-laki dan
perempuan.
yâ man fil barri wal bahri sabîluhu, yâ man
fil âfâqi âyâtuhu, yâ man fil âyâti burhânuhu, yâ man fil mamâti qudrotuhu, yâ
man fil qubûri ‘ibrotuhu, yâ man fin nâri ‘iqôbuhu, yâ man fil mîzâni
qodhô`uhu, yâ man fil jannati tsawâbuhu, yâ man fil qiyâmati mulkuhu, yâ man
fil hisâbi haybatuhu. [42]
Wahai Yang jalan-Nya ada di darat dan di
laut, wahai Yang tanda-tanda-Nya di ufuk-ufuk langit, wahai Yang pembuktian-Nya
ada didalam tanda-tanda, wahai Yang kepastian-Nya ada didalam
kematian-kematian, wahai Yang pelajaran-Nya ada didalam kubur-kubur, wahai Yang
kerajaan-Nya ada di hari kiamat, wahai Yang kehabatan-Nya ada didalam
perhitungan amal, wahai Yang ketentuan-Nya ada didalam neraca, wahai Yang
imbalan-Nya ada di surga, wahai Yang hukuman-Nya ada di neraka.
yâ man ilayhi yahrabul khô`ifûn, yâ man ilayhi yafza’ul
mudznibûn, yâ man ilayhi yaqshidul munîbûn, yâ man ilayhi yarghobuz zâhidûn, yâ
man ilayhi yalja`ul mutahayyirûn, yâ man bihi yasta`nisul murîdûn, yâ
man bihi yaftahirul muhibbûn, yâ man fî ‘afwihi yathma’ul
khôthi`ûn, yâ man ilayhi yaskunul mûqinûn, yâ man ‘alayhi yatawakkalul
mutawakkilûn. (43)
Wahai Yang kepada-Nyalah larinya
orang-orang yang takut, wahai Yang kepada-Nyalah orang-orang berdosa berharap,
wahai Yang kepada-Nyalah tujuan orang-orang yang kembali, wahai Yang
kepada-Nyalah orang-orang yang meninggalkan dunia berpaling, wahai Yang
kepada-Nyalah orang-orang yang bingung mencari perlindungan, wahai Yang
dengan-Nyalah para pencari memesrakan diri, wahai Yang dengan-Nyalah para
pecinta membesarkan hati, wahai Yang dalam ampunan-Nya para pendosa berharap,
wahai Yang kepada-Nyalah orang-orang yang yakin bermukim, wahai Yang
kepada-Nyalah orang-orang yang tawakal berserah diri.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ habîbu,
yâ thobîbu, yâ qorîbu, yâ roqîbu, yâ hasîbu, yâ muhîbu, yâ mutsîbu, yâ mujîbu,
yâ khobîru, yâ bashîru. (44)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Sang Kekasih, wahai Sang
Penyembuh, wahai Sang Dekat, wahai Sang Pengawas, wahai Sang Penghitung, wahai
Sang Pemberi, wahai Sang Pengajar, wahai Sang Pengabul, wahai Sang Maha
Mengetahui, wahai Sang Maha Melihat.
yâ aqroba min kulli qorîbin, yâ ahabba min
kulli habîbin, yâ abshoro min kulli bashîrin, yâ akhbaro min kulli
khobîrin, yâ asyrofa min kulli syarîfin, yâ arfa’a min kulli rofî’in, yâ aqwâ
min kulli qowiyyin, yâ aghnâ min kulli ghoniyyin, yâ ajwada min kulli jawâdin,
yâ ar`afa min kulli ro`ûfin. (45)
Wahai Yang Paling Dekat dari segala yang
terdekat, wahai Yang Paling Mencintai dari segala yang mencintai, wahai Yang
Paling Melihat dari segala yang melihat, wahai Yang Paling Mengetahui dari
segala yang mengetahui, wahai Yang Paling Mulia dari segala yang termulia,
wahai Yang Paling Tinggi dari segala yang tertinggi, wahai Yang Paling Kuat
dari segala yang terkuat, wahai Yang Paling Kaya dari segala yang terkaya,
wahai Yang Paling Dermawan dari segala yang dermawan, wahai Yang Paling
Penyantun dari segala yang penyantun.
yâ ghôliban ghoyro maghlûbin, yâ shôni’an ghoyro
mashnû’in, yâ khôliqon ghoyro makhlûqin, yâ mâlikan ghoyro mamlûkin, yâ qôhiron
ghoyro maqhûrin, yâ rôfi’an ghoyro marfû’in, yâ hâfizhon ghoyro mahfûzhin,
yâ nâshiron ghoyro manshûrin, yâ syâhidan ghoyro ghô`ibin, yâ qorîban ghoyro
ba’îdin. (46)
Wahai Yang Mengalahkan tanpa pernah
dikalahkan, wahai Yang Menjadikan tanpa pernah dijadikan, wahai Yang
Menciptakan tanpa pernah diciptakan, wahai Yang Memiliki tanpa pernah dimiliki,
wahai Yang Menundukkan tanpa pernah ditundukkan, wahai Yang Mengangkat tanpa
pernah diangkat, wahai Yang Menjaga tanpa pernah dijaga, wahai Yang Menolong
tanpa pernah ditolong, wahai Yang Menyaksikan tanpa pernah tak melihat, wahai
Yang Dekat tanpa pernah jauh.
yâ nûron nûr, yâ munawwiron nûr, yâ khôliqon nûr,
yâ mudabbiron nûr, yâ muqoddiron nûr, yâ nûro kulli nûri, yâ nûron qobla kulli
nûr, yâ nûron ba’da kulli nûr, yâ nûron fawqo kulli nûr, yâ nûron laysa
kamitslihi nûr. (47)
Wahai Cahayanya cahaya, wahai Yang
Menerangi cahaya, wahai Pencipta cahaya, wahai Yang Mengatur cahaya, wahai Yang
Menentukan kadar cahaya, wahai Cahaya segala cahaya, wahai Cahaya sebelum semua
cahaya, wahai Cahaya sesudah semua cahaya, wahai Cahaya diatas segala cahaya,
wahai Cahaya yang tidak dapat diserupai cahaya.
yâ man ‘athô`uhû syarîfun, yâ man fi’luhû lathîfun,
yâ man luthfuhû muqîmun, yâ man ihsânuhû qodîmun, yâ man qowluhû haqqun,
yâ man wa’duhû shidqun, yâ man ‘afwuhû fadhlun, yâ man ‘adzâbuhû ‘adlun, yâ man
dzikruhû hulwun, yâ man fadhluhû ‘amîmun. (48)
Wahai Yang pemberian-Nya Maha Mulia,
wahai Yang pekerjaan-Nya Maha Lembut, wahai Yang kelembutan-Nya Maha Tetap,
wahai Yang kebaikan-Nya Maha Terdahulu, wahai Yang firman-Nya adalah kebenaran,
wahai Yang janji-Nya adalah benar, wahai Yang maaf-Nya adalah keutamaan, wahai
Yang adzab-Nya adalah keadilan, wahai Yang mengingat-Nya terasa manis, wahai
Yang keutamaan-Nya merata.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ musahhilu, yâ
mufashshilu, yâ mubaddilu, yâ mudzallilu, yâ munazzilu, yâ munawwilu, yâ
mufdhilu, yâ mujzilu, yâ mumhilu, yâ mujmilu. (49)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Memudahkan, wahai Yang
Menjelaskan, wahai Yang Menggantikan, wahai Yang Menghinakan, wahai Yang
Menurunkan, wahai Yang Memberikan, wahai Yang Mengutamakan, wahai Yang
Menghormati, wahai Yang Membebaskan, wahai Yang Mengindahkan.
yâ man yarô walâ yurô, yâ man yakhluqu walâ
yukhlaq, yâ man yahdiy walâ yuhdâ, yâ man yuhyiy walâ yuhyâ, yâ
man yas`alu walâ yus`alu, yâ man yuth’imu walâ yuth’amu, yâ man yujîru walâ
yujâru ‘alayh, yâ man yaqdhiy walâ yuqdhô ‘alayh, yâ man yahkumu walâ yuhkamu
‘alayh, yâ man lam yalid wa lam yûlad wa lam yakul lahû kufuwan ahad. (50)
Wahai Yang Melihat dan tidak dilihat,
wahai Yang Menciptakan dan tidak diciptakan, wahai Yang Memberi petunjuk dan
tidak diberi petunjuk, wahai Yang Menghidupkan dan tidak dihidupkan, wahai Yang
Menanyakan dan tidak ditanyakan, wahai Yang Memberi makan dan tidak diberi
makan, wahai Yang Melindungi dan tidak dilindungi, wahai Yang Menetapkan dan
tidak ditetapkan, wahai Yang Menghakimi dan tidak dihakimi, wahai Yang Tidak melahirkan
dan tidak dilahirkan serta tak ada satupun setara bagi-Nya.
yâ ni’mal hasîb, yâ ni’math thobîb, yâ
ni’mar roqîb, yâ ni’mal qorîb, yâ ni’mal mujîb, yâ ni’mal habîb, yâ
ni’mal kafîl, yâ ni’mal wakîl, yâ ni’mal mawlâ, yâ ni’man nashîr. (51)
Wahai Sebaik-baik Penghitung, wahai
Sebaik-baik Penyembuh, wahai Sebaik-baik Pengawas, wahai Sebaik-baik Pendekat, wahai
Sebaik-baik Penjawab, wahai Sebaik-baik Pecinta, wahai Sebaik-baik Penjamin,
wahai Sebaik-baik Pewakil, wahai Sebaik-baik Pembela, wahai Sebaik-baik
Penolong.
yâ surûrol ‘ârifîn, yâ munal muhibbîn, yâ
anîsal murîdîn, yâ habîbat tawwâbîn, yâ rôziqol muqillîn, yâ rojâ`al
mudznibîn, yâ qurrota ‘aynil ‘âbidîn, yâ munaffisal ‘anil makrûbîn, yâ
mufarrija ‘anil maghmûmîn, yâ ilâhal awwalîna wal âkhirîn. (52)
Wahai Kebahagiaan para arifin, wahai
Dambaan para pencinta, wahai Penghibur para pencari, wahai Kekasih orang-orang
yang bertaubat, wahai Pemberi rizki orang-orang yang kekurangan, wahai Harapan
para pendosa, wahai Penyejuk hati para pengabdi, wahai Yang Membahagiakan
orang-orang yang sengsara, wahai Yang Menyenangkan orang-orang yang menderita,
wahai Tuhan orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ robbanâ, yâ
ilâhanâ, yâ sayyidanâ, yâ mawlânâ, yâ nâshironâ, yâ hâfizhonâ, yâ
dalîlanâ, yâ mu’înanâ, yâ habîbanâ, yâ thobîbanâ. (53)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Rabb kami, wahai Tuhan kami,
wahai Tuan kami, wahai Pemimpin kami, wahai Penolong kami, wahai Penjaga kami,
wahai Penuntun kami, wahai Pembela kami, wahai Pencinta kami, wahai Penyembuh
kami.
yâ robban nabiyyîna wal abrôri, yâ robbash
shiddîqîna wal akhyâri, yâ robbal jannati wan nâri, yâ robbash shighôri wal
kibâri, yâ robbal hubûbi wats tsimâri, yâ robbal anhâri wal asyjâri, yâ
robbash shahâri wal qifâri, yâ robbal barôri wal bihâri, yâ
robbal layli wan nahâri, yâ robbal a’lâni wal asrôri. (54)
Wahai Tuhan para nabi dan orang-orang
yang berbakti, wahai Tuhan orang-orang yang benar dan orang-orang pilihan,
wahai Tuhan (pengatur) surga dan neraka, wahai Tuhan orang-orang kecil dan
orang-orang besar, wahai Tuhan (pengatur) biji-bijian dan buah-buahan, wahai
Tuhan (pengatur) sungai-sungai dan pepohonan, wahai Tuhan (pengatur) padang
pasir dan gurun, wahai Tuhan (pengatur) daratan dan lautan, wahai Tuhan
(pengatur) siang dan malam, wahai Tuhan (pengatur) semua yang nampak dan yang
tersembunyi.
yâ man nafadza fî kulli syay`in amruhu, yâ man lahiqo
fî kulli syay`in ‘ilmuhu, yâ man balaghot ilâ kulli syay`in qudrotuhu, yâ man
lâ tuhshil ‘ibâdu ni’amahu, yâ man lâ tablughul kholâ`iqu syukrohu, yâ
man lâ tudrikul afhâmu jalâlahu, yâ man lâ tanâlul awhâmu kunhahu, yâ manil
‘azhomatu wal kibriyâ`u ridâ`uhu, yâ man lâ taruddul ‘ibâdu qodhô`ahu, yâ man
lâ mulka illâ mulkuhu, yâ man lâ ‘athô`a illâ ‘athô`uhu. (55)
Wahai Yang perintah-Nya terlaksana
didalam segala sesuatu, wahai Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, wahai Yang
kekuasaan-Nya mencapai segala sesuatu, wahai Yang nikmat-Nya kepada semua hamba
tidak dapat dihitung, wahai Yang rasa syukur-Nya tidak dapat dicapai oleh
makhluk, wahai Yang kebesaran-Nya tidak dapat dijangkau pemahaman, wahai Yang
inti terdalam-Nya tidak dapat dicapai oleh angan-angan, wahai Yang pakaian-Nya
adalah keagungan dan kesombongan, wahai Yang ketetapan-Nya tidak dapat ditolak
semua hamba, wahai Yang tidak ada kerajaan selain kerajaan-Nya, wahai Yang tak
ada pemberian kecuali pemberian-Nya.
yâ man lahul matsalul a’lâ, yâ man lahush shifâtul
‘ulyâ, yâ man lahul âkhirotu wal ûlâ, yâ man lahul jannatul ma`wâ, yâ man lahul
âyâtul kubrô, yâ man lahul asmâ`ul husnâ, yâ man lahul hukmu wal
qodhô`, yâ man lahul hawâ`u wal fadhô`, yâ man lahul ‘arsyu wats tsarô, yâ man
lahus samâwâtul ‘ulâ. (56)
Wahai Yang milik-Nyalah perumpamaan
tertinggi, wahai Yang milik-Nyalah sifat Yang Luhur, wahai Yang milik-Nyalah
akhirat dan dunia, wahai Yang milik-Nyalah surga tempat kembali, wahai Yang
milik-Nyalah tanda-tanda yang besar, wahai Yang milik-Nyalah nama-nama yang
baik, wahai Yang milik-Nyalah hukum dan ketentuan, wahai Yang milik-Nyalah
keinginan dan ketentuan, wahai Yang milik-Nyalah Arsy dan tatasurya, wahai Yang
milik-Nyalah langit-langit yang tinggi.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ ‘afuwwu, yâ
ghofûru, yâ shobûru, yâ syakûru, yâ ro`ûfu, yâ ‘athûfu, yâ mas`ûlu, yâ wadûdu,
yâ subbûhu, yâ quddûsu. (57)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Sang Pemaaf, wahai Sang
Pengampun, wahai Sang Penyabar, wahai Sang Pensyukur, wahai Sang Penyantun,
wahai Sang Penghiba Hati, wahai Yang Selalu dimintai, wahai Yang Maha Kasih,
wahai Yang Maha Suci, wahai Yang Maha Qudus.
yâ man fis samâ`i ‘azhomatihi, yâ man fil ardhi
âyâtuhu, yâ man fî kulli syay`in dalâ`iluh, yâ man fil bihâri
‘ajâ`ibuhu, yâ man fil jibâli khozâ`inuhu, yâ man yabda`ul kholqo tsumma
yu’îduhu, yâ man ilayhi yarji’ul amru kulluhu, yâ man azhharo fî kulli syay`in
luthfahu, yâ man ahsana kullu syay`in kholqohu, yâ man tashorrofa fil
kholâ`iqi qudrotuhu. (58)
Wahai Yang keagungan-Nya ada di langit,
wahai Yang ayat-ayat-Nya ada di bumi, wahai Yang tuntunan-Nya ada didalam
segala sesuatu, wahai Yang keajaiban-Nya ada di laut, wahai Yang khazanah-Nya
ada di gunung-gunung, wahai Yang Memulai penciptaan lalu Mengulanginya, wahai
Yang kepada-Nyalah kembalinya semua perkara, wahai Yang menampakkan
kelembutan-Nya didalam segala sesuatu, wahai Yang Memperindah penciptaan segala
sesuatu, wahai Yang kekuasaan-Nya meliputi semua makhluk.
yâ habîba man lâ habîba lahu, yâ
thobîba man lâ thobîba lahu, yâ mujîba man lâ mujîba lahu, yâ syafîqo man lâ
syafîqo lahu, yâ rofîqo man lâ rofîqo lahu, yâ mughîtsa man lâ mughîtsa lahu,
yâ dalîla man lâ dalîla lahu, yâ anîsa man lâ anîsa lahu, yâ rôhima man
lâ rôhima lahu, yâ shôhiba man lâ shôhiba lahu. (59)
Wahai Kekasih bagi yang tak memiliki
kekasih, wahai Penyembuh bagi yang tak memiliki penyembuh, wahai Penjawab doa
bagi yang putus asa mengharap yang lain, wahai Kawan bagi yang tak memiliki
kawan, wahai Teman sejati bagi yang tak memiliki teman, wahai Penolong bagi
yang tak memiliki penolong, wahai Pemberi petunjuk bagi yang tak memiliki
petunjuk, wahai Pemberi ketenteraman bagi yang tidak memiliki pemberi
ketenteraman, wahai Pengasih bagi yang tak memiliki pengasih, wahai Sahabat
bagi yang tak memiliki sahabat.
yâ kâfiya manistakfâhu, yâ hâdiya manistahdâhu, yâ
kâli`a manistaklâhu, yâ rô`iya manistar’âhu, yâ syâfiya manistasyfâhu, yâ
qôdhiya manistaqdhôhu, yâ mughniya manistaghnâhu, yâ mûfiya manistawfâhu, yâ
muqowwiya manistaqwâhu, yâ waliyya manistawlâhu. (60)
Wahai Yang Mencukupi orang yang
mengharap kecukupan, wahai Pembimbing orang yang mengharap bimbingan, wahai
Pelindung orang yang mengharap perlindungan, wahai Pemelihara orang yang
mengharap penjagaan, wahai Penyembuh orang yang mengharap kesembuhan, wahai
Yang Memperkenankan orang yang memohon hajat, wahai Yang Memberi kekayaan pada
orang yang mengharap kekayaan, wahai Yang Memenuhi janji orang yang dipenuhi
janjinya, wahai Yang Memberi kekuatan orang mengharap kekuatan, wahai Kekasih
orang yang mengharap kekasih.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ khôliqu, yâ
rôziqu, yâ nâthiqu, yâ shôdiqu, yâ fâliqu, yâ fâriqu, yâ fâtiqu, yâ rôtiqu, yâ
sâbiqu, yâ sâmiqu. (61)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Sang Pencipta, wahai Sang Pemberi
rizki, wahai Sang Pembicara, wahai Yang Maha Benar, wahai Sang Pembelah
(benih), wahai Sang Pemisah, wahai Sang Pemecah, wahai Sang Penyatu-padu, wahai
Sang Pendahulu, wahai Sang Pengakhir.
yâ man yuqollibul layla wan nahâr, yâ man ja’alazh
zhulumâti wal anwâr, yâ man kholaqozh zhilla wal harûr, yâ man
sakhkhorosy syamsa wal qomar, yâ man qoddarol khoyro wasy syarro, yâ man
kholaqol mawta wal hayâta, yâ man lahul kholqu wal amr, yâ man lam
yattakhid shôhibatan walâ walada, yâ man laysa lahû syarîkun fil mulki,
yâ man lam yakun lahû waliyyun minadz dzulli. (62)
Wahai Yang Membolak-balikkan malam dan
siang, wahai Yang Menjadikan kegelapan dan cahaya, wahai Yang Menciptakan
naungan dan angin panas, wahai Yang Mengedarkan matahari dan rembulan, wahai Yang
Menentukan kebaikan dan keburukan, wahai Yang Menciptakan kematian dan
kehidupan, wahai Yang bagi-Nyalah penciptaan dan semua urusan, wahai Yang tidak
beristri dan (tidak pula) anak, wahai Yang tidak ada bagi-Nya sekutu didalam
kerajaan-Nya, wahai Yang tidak ada bagi-Nya penolong karena kehinaan.
yâ man ya’lamu murôdal murîdîn, yâ man ya’lamu
dhomîrosh shômitîn, yâ man yasma’u anînal wâhinîn, yâ man yarô bukâ`al
khô`ifîn, yâ man yamliku hawâ`ijas sâ`ilîn, yâ man yaqbalu ‘udzrot tâ`ibîn, yâ
man lâ yushlihû ‘amalal mufsidîn, yâ man lâ yudhî`u ajrol muhsinîn,
yâ man lâ yab’udu ‘an qulûbil ‘ârifîn, yâ ajwadal ajwadîn. (63)
Wahai Yang Mengetahui tujuan para
pencari, wahai Yang Mengetahui suara hati orang-orang yang diam, wahai Yang Mendengar
rintihan orang-orang yang terbaring lemah, wahai Yang Memperhatikan
ratap-tangis orang-orang yang ketakutan, wahai Yang Memiliki hajat kebutuhan
para pemohon, wahai Yang Menerima alasan yang disampaikan orang-orang yang
bertaubat, wahai Yang tak sudi berdamai dengan perbuatan para pengrusak, wahai
Yang tidak mengabaikan imbalan untuk orang-orang yang berbuat baik, wahai Yang
tidak menjauhkan Diri dari hati orang-orang yang arif, wahai Yang Paling
Dermawan dari semua yang dermawan.
yâ dâ`imal baqô`i, yâ sâmi’ad du’â`i, yâ wâsi’al
‘athô`i, yâ ghôfirol khothô`i, yâ badî’as samâ`i, yâ hasanal balâ`i, yâ
jamîlats tsanâ`i, yâ qodîmas sanâ`i, yâ katsîrol wafâ`i, yâ syarîfal jazâ`i. (64)
Wahai Yang Kekal keabadian-Nya, wahai
Yang Maha Mendengar doa, wahai Yang Maha Luas pemberian-Nya, wahai Yang Maha
Mengampuni kesalahan, wahai Yang Menciptakan langit, wahai Sebaik-baik Penguji,
wahai Yang Maha Indah pujian-Nya, wahai Yang terdahulu keagungan-Nya, wahai
Yang Memenuhi janji, wahai Yang Maha Mulia pembalasan-Nya.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ sattâru, yâ
ghoffâru, yâ qohhâru, yâ jabbâru, yâ shobbâru, yâ bârru, yâ mukhtâru, yâ fattâhu,
yâ naffâhu, yâ murtâhu. (65)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: wahai Yang Maha Menutupi, wahai
Yang Maha Pengampun, wahai Yang Maha Menaklukkan, wahai Yang Maha Menundukkan,
wahai Yang Maha Sabar, wahai Yang Maha Baik, wahai Yang Maha Menjadi pilihan,
wahai Yang Membuka semua pintu, wahai Yang Maha Pemberi karunia, wahai Yang
Maha Pemberi keindahan dan kebahagiaan.
yâ man kholaqonî wa sawwânî, yâ man rozaqonî wa
robbânî, yâ man ath’amanî wa saqônî, yâ man qorrobanî wa adnânî, yâ man
‘ashomanî wa kafânî, yâ man hafizhonî wa kalânî, yâ man a’azzanî wa
aghnânî, yâ man waffaqonî wa hadânî, yâ man ânasanî wa âwanî, yâ man amâtanî wa
ahyânî. (66)
Wahai Yang Menciptakanku dan
Menyempurnakanku, wahai Yang Memberi rizki dan membimbingku, wahai Yang
Memakaniku dan Meminumiku, wahai Yang Mendekatiku dan Menghampiriku, wahai Yang
Menjagaku dan Melindungiku, wahai Yang Memeliharaku dan Melindungiku, wahai
Yang Memuliakanku dan Mencukupiku, wahai Yang Membimbingku dan Menunjukiku,
wahai Yang Menghiburku dan Mengayomiku, wahai Yang Mematikanku dan
Menghidupkanku.
yâ man yuhiqqul haqqo bikalimâtihi,
yâ man yaqbalut tawbata ‘an ‘ibâdihi, yâ man yahûlu baynal mar`i wa
qolbihi, yâ man lâ tanfa’usy syafâ’atu illâ bi-idznihi, yâ man huwa a’lamu
biman dholla ‘an sabîlihi, yâ man lâ mu’aqqiba lihukmihi, yâ man lâ
rôdda liqodhô`ihi, yâ maninqôda kullu syay`in li-amrihi, yâ manis samâwâtu
mathwiyyâtun biyamînihi, yâ man yursilur riyâha busyron bayna yaday rohmatihi.
(67)
Wahai Yang Mengokohkan kebenaran dengan
firman-Nya, wahai Yang Menerima taubat hamba-hamba-Nya, wahai Yang Membatasi
antara seseorang dengan hatinya, wahai Yang tidak berguna syafaat selain dengan
izin-Nya, wahai Dialah Yang Paling Tahu terhadap orang yang tersesat di
jalan-Nya, wahai Yang tidak ada yang dapat menghindari hukum-Nya, wahai Yang
tidak ada yang dapat menolak ketentuan-Nya, wahai Yang Menundukkan segala
sesuatu kepada perintah-Nya, wahai Yang langit menjadi berlapis-lapis dengan
kekuasaan-Nya, wahai Yang Mengutus Angin sebagai pembawa kabar gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya.
yâ man ja’alal ardho mihâdâ, yâ man ja’alal jibâla
awtâdâ, yâ man ja’alasy syamsa sirôjâ, yâ man ja’alal qomaro nûrô, yâ man
ja’alal layla libâsâ, yâ man ja’alan nahâro ma’âsyâ, yâ man ja’alan nawma
subâtâ, yâ man ja’alas samâ`a binâ`â, yâ man ja’alal asy-yâ`a azwâjâ, yâ man
ja’alan nâro mirshôdâ. (68)
Wahai Yang Menjadikan bumi sebagai
hamparan, wahai Yang Menjadikan gunung-gunung sebagai tiang, wahai Yang
Menjadikan matahari sebagai pelita, wahai Yang Menjadikan rembulan bercahaya,
wahai Yang Menjadikan malam sebagai pakaian, wahai Yang Menjadikan siang
sebagai mata pencaharian, wahai Yang Menjadikan tidur sebagai istirahat, wahai
Yang Menjadikan langit sebagai bangunan, wahai Yang Menjadikan segala sesuatu
berpasang-pasangan, wahai Yang Menjadikan neraka sebagai tempat pengawasan.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ samî’u, yâ
syafî’u, yâ rofî’u, yâ manî’u, yâ sarî’u, yâ badî’u, yâ kabîru, yâ qodîru, yâ
khobîru, yâ mujîru. (69)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Maha Mendengar, wahai
Yang Maha Memberi syafaat, wahai Yang Maha Mengangkat, wahai Yang Maha
Mencegah, wahai Yang Maha Cepat, wahai Yang Maha Memulai penciptaan, wahai Yang
Maha Besar, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Waspada, wahai Yang Maha Melindungi.
yâ hayyan qobla kulli hayyin, yâ hayyan
ba’da kulli hayyin, yâ hayyul ladzî laysa kamitslihi hayyun,
yâ hayyul ladzî lâ yusyârikuhu hayyun, yâ hayyul ladzî lâ
yahtâju ilâ hayyin, yâ hayyul ladzî yumîtu kulla hayyin,
yâ hayyul ladzî yarzuqu kulla hayyin, yâ hayyan lam
yaritsil hayâta min hayyin, yâ hayyul ladzî yuhyil
mawtâ, yâ hayyu yâ qoyyûmu lâ ta`khudzuhû sinatun walâ nawm. (70)
Wahai Yang Hidup sebelum semua yang
hidup, wahai Yang Hidup sesudah semua yang hidup, wahai Yang Hidup yang tak
terserupai oleh semua yang hidup, wahai Yang Hidup yang tak tersekutukan oleh
semua yang hidup, wahai Yang Hidup yang tak butuh pada semua yang hidup, wahai
Yang Hidup yang mematikan semua yang hidup, wahai Yang Hidup yang memberi rizki
semua yang hidup, wahai Yang Hidup yang tidak mewarisi kehidupan dari yang
hidup, wahai Yang Hidup yang menghidupkan semua yang mati, wahai Yang Hidup
wahai Yang Mengawasi yang tak pernah kantuk dan tak pernah tidur.
yâ man lahû dzikrun lâ yunsâ, yâ man lahû nûrun lâ
yuthfâ, yâ man lahû ni’amun lâ tu’addu, yâ man lahû mulkun lâ yazûlu, yâ man
lahû tsanâ`un lâ yuhshô, yâ man lahû jalâlun lâ yukayyafu, yâ man lahû
kamâlun lâ yudroku, yâ man lahû qodhô`un lâ yuroddu, yâ man lahû shifâtun lâ
tubaddalu, yâ man lahû nu’ûtun lâ tughoyyaru. (71)
Wahai Yang Milik-Nyalah sebutan tak
terlupakan, wahai Yang milik-Nyalah cahaya tak terpadamkan, wahai Yang
Milik-Nyalah nikmat tak terbilang, wahai Yang Milik-Nyalah kerajaan tak
berkesudahan, wahai Yang Milik-Nyalah puji-pujian tak terhitung, wahai Yang
Milik-Nyalah keagungan tak terputus, wahai Yang Milik-Nyalah kesempurnaan tak
terjangkau, wahai Yang Milik-Nyalah ketentuan tak tertolak, wahai Yang
Milik-Nyalah sifat-sifat tak tergantikan, wahai Yang Milik-Nyalah karakter tak
pernah berubah.
yâ robbal ‘âlamîn, yâ mâlika yawmid dîn, yâ
ghôyatath thôlibîn, yâ zhohrol lâjjîn, yâ mudrikal hâribîn, yâ man yuhibbush
shôbirîn, yâ man yuhibbut tawwâbîn, yâ man yuhibbul
mutathohhirîn, yâ man yuhibbul muhsinîn, yâ man huwa a’lamu bil
muhtadîn. (72)
Wahai Tuhan semesta alam, wahai Sang
Raja di hari pembalasan, wahai Tujuan para pencari, wahai Tumpuan para pencari
perlindungan, wahai Yang Menghampiri orang-orang yang berlari (kepada-Nya),
wahai Yang Mencintai orang-orang yang sabar, wahai Yang Mencintai orang-orang
yang bertaubat, wahai Yang Mencintai orang-orang yang berbuat baik, wahai
Dialah Yang paling Mengetahui tentang orang-orang yang diberi petunjuk.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ syafîqu, yâ
rofîqu, yâ hafîzhu, yâ muhîthu, yâ muqîthu, yâ mughîtsu, yâ
mu’izzu, yâ mudzillu, yâ mubdi`u, yâ mu’îdu. (73)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: wahai Sang Pelindung, wahai Sahabat
sejati, wahai Sang Pemelihara, wahai Yang Maha Meliputi, wahai Yang Maha
Memerahkan, wahai Yang Maha Membantu, wahai Yang Maha Mengokohkan, wahai Yang
Maha Melemahkan, wahai Yang Maha Memulai, wahai Yang Maha Mengulangi.
yâ man huwa ahadun bilâ dhiddîn, yâ man huwa
fardun bilâ niddîn, yâ man huwa shomadun bilâ ‘aybin, yâ man huwa witrun bilâ
kayfin, yâ man huwa qôdhin bilâ hayfin, yâ man huwa robbun bilâ wazîrin,
yâ man huwa ‘azîzun bilâ dzullin, yâ man huwa ghoniyyun bilâ faqrin, yâ man
huwa malikun bilâ ‘azlin, yâ man huwa mawshûfun bilâ syabîhin. (74)
Wahai Dialah Yang Maha Esa tanpa
tandingan, wahai Dialah Yang Maha Tunggal tanpa saingan, wahai Dialah Tempat
berlindung tanpa aib, wahai Dialah Yang Maha Sendiri tanpa perubahan, wahai
Dialah Yang Maha Menghakimi tanpa aniaya, wahai Dialah Yang Maha Mengatur tanpa
pembantu, wahai Dialah Yang Maha Mulia tanpa kehinaan, wahai Dialah Yang Maha
Kaya tanpa kemiskinan, wahai Dialah Yang Maha Raja tanpa pergantian, wahai Dia
Yang Disifati tanpa penyerupaan.
yâ man dzikruhû syarofun lidz dzâkirîn, yâ man
syukruhû fawzun lisy syâkirin, yâ man hamduhû ‘izzun lil hâmidîn,
yâ man thô’atuhû najâtun lil muthî`în, yâ man bâbuhû maftûhun lith
thôlibîn, yâ man sabîluhû wâdhihun lil munîbîn, yâ man âyâtuhû burhânun
lin nâdhirîn, yâ man kitâbuhû tadzkirotun lil muttaqîn, yâ man rizquhû ‘umûmun
lith thô`i’îna wal ‘âshîn, yâ man rohmatuhû qorîbun minal muhsinîn.
(75)
Wahai Yang dzikir-Nya sebagai pemuliaan
bagi orang-orang yang berdzikir, wahai Yang syukur-Nya sebagai keberuntungan
bagi orang-orang yang bersyukur, wahai Yang segala pujian-Nya sebagai kemuliaan
bagi para pemuji, wahai Yang taat-Nya sebagai keselamatan bagi orang-orang yang
taat, wahai Yang pintu-Nya terbuka untuk para pencari, wahai Yang jalan-Nya
menjadi terang untuk orang-orang yang kembali, wahai Yang tanda-tanda-Nya
sebagai penjelasan bagi para pemerhati, wahai Yang kitab-Nya sebagai pelajaran
untuk orang-orang yang bertakwa, wahai Yang rizki-Nya berlaku umum untuk
orang-orang yang taat dan orang-orang yang durhaka, wahai Yang rahmat-Nya dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik.
yâ man tabârokasmuhu, yâ man ta’âlâ jadduhu, yâ man
lâ ilâha ghoyruhu, yâ man jalla tsanâ`uhu, yâ man taqoddasat asmâ`uhu, yâ man
yadûmu baqô`uhu, yâ manil ‘azhomatu bahâ`uhu, yâ manil kibriyâ`u ridâ`uhu, yâ
man lâ tukhshô âlâ`uhu, yâ man lâ tu’addu na’mâ`uhu. (76)
Wahai Yang nama-Nya memberkati, wahai
Yang Maha Tinggi keagungan-Nya, wahai Yang tidak ada Tuhan selain Dia, wahai
Yang Maha Agung pujian-Nya, wahai Yang dikuduskan nama-Nya, wahai Yang kekal
keabadian-Nya, wahai Yang keagungan adalah keelokan-Nya, wahai Yang kesombongan
adalah pakaian-Nya, wahai Yang karunia-Nya tak terhitung, wahai Yang
nikmat-nikmat-Nya tak terbilang.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ mu’înu, yâ
amînu, yâ mubînu, yâ matînu, yâ makînu, yâ rosyîdu, yâ hamîdu, yâ
majîdu, yâ syadîdu, yâ syahîdu. (77)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Maha Menolong, wahai
Yang Maha Terpercaya, wahai Yang Maha Terang, wahai Yang Maha Perkasa, wahai
Yang Maha Kokoh, wahai Yang Maha Membimbing, wahai Yang Maha Terpuji, wahai
Yang Maha Luhur, wahai Yang Maha Keras, wahai Yang Maha Menyaksikan.
yâ dzal ‘arsyil majîd, yâ dzal qoulis sadîd, yâ
dzal fi’lir rosyîd, yâ dzal bathsyisy syadîd, yâ dzal wa’di wal wa’îd, yâ man
huwal waliyyul hamîd, yâ man huwa fa’’âlul limâ yurîd, yâ man huwa
qorîbun ghoyro ba’îd, yâ man huwa ‘alâ kulli syay`in syahîd, yâ man huwa laysa
bizhollâmin lil ‘abîd. (78)
Wahai Sang Pemilik Arsy yang mulia,
wahai Sang Pemilik firman yang benar, wahai Sang Pemilik perbuatan yang lurus,
wahai Sang Pemilik siksa yang keras, wahai Sang Pemilik janji kebahagiaan dan
ancaman, wahai Dialah Sang Kekasih Yang Terpuji, wahai Dialah Yang Melakukan
apasaja yang Dia kehendaki, wahai Dialah Yang Maha Dekat bukan yang jauh, wahai
Dialah Yang Maha Menyaksikan terhadap segala sesuatu, wahai Dialah Yang tidak
menganiaya terhadap hamba-hamba-Nya.
yâ man lâ syarîka lahû walâ wazîr, yâ man lâ
syabîha lahû walâ nazhîr, yâ khôliqosy syamsi wal qomaril munîr, yâ mughniyal
bâ`isil faqîr, yâ rôziqoth thiflish shoghîr, yâ rôhimasy syaykhil kabîr,
yâ jâbirol ‘azhmil kasîr, yâ ‘ishmatal khô`ifil mustajîr, yâ man huwa
bi’ibâdihi khobîrun bashîr, yâ man huwa ‘alâ kulli syay`in qodîr. (79)
Wahai Yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan
tidak pula penasehat, wahai Yang tidak ada perbandingan bagi-Nya dan tidak pula
persamaan, wahai Pencipta matahari dan rembulan yang menerangi, wahai Yang
Mencukupi orang-orang yang susah lagi miskin, wahai Yang Mengaruniai anak-anak
kecil, wahai Yang Menyayangi orang tua, wahai Yang Membetulkan tulang patah dan
pecah, wahai Penjaga orang-orang yang takut dan minta perlindungan, wahai
Dialah Yang Maha Waspada dan Melihat terhadap hamba-hamba-Nya, wahai Dialah
Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
yâ dzal jûdi wan ni’am, yâ dzal fadhli wal karom,
yâ khôliqol lawhi wal qolam, yâ bâri`adz dzarri wan nasam, yâ dzal ba`si wan
niqom, yâ mulhimal ‘arobi wal ‘ajam, yâ kâsyifadh dhurri wal alam, yâ ‘âlimas
sirri wal himam, yâ robbal bayti wal harom, yâ man kholaqol asy-yâ`a minal
‘adam. (80)
Wahai Pemilik karunia dan kenikmatan,
wahai Pemilik keutamaan dan kemuliaan, wahai Pencipta papan dan pena, wahai
Yang Mengadakan atom-atom dan jiwa-jiwa manusia, wahai Sang Pemberi kekuatan
dan pembalasan, wahai Yang Mengilhami bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya,
wahai Yang Melenyapkan kesusahan dan kepedihan, wahai Yang Mengetahui rahasia
dan keinginan, wahai Tuhan (pemelihara) rumah suci, wahai Yang Menciptakan
segala sesuatu dari ketiadaan.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ fâ’ilu, yâ
jâ’ilu, yâ qôbilu, yâ kâmilu, yâ fâshilu, yâ wâshilu, yâ ‘âdilu, yâ ghôlibu, yâ
thôlibu, yâ wâhibu. (81)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Membuat, wahai Yang
Menjadikan, wahai Yang Mengabulkan, wahai Yang Maha Penyempurna, wahai Yang
Maha Penjelas, wahai Yang Maha Menyambung, wahai Yang Maha Adil, wahai Yang
Maha Mengalahkan, wahai Yang Maha Mencari, wahai Yang Maha Memberi.
yâ man an’ama bi-thowlihi, yâ man akroma bi-jûdihi,
yâ man jâda bi-luthfihi, yâ man ta’azzaza bi-qudrotihi, yâ man qoddaro bi-hikmatihi,
yâ man hakama bi-tadbîrihi, yâ man dabbaro bi-‘ilmihi, yâ man tajâwaza
bi-hilmihi, yâ man danâ fî ‘uluwwihi, yâ man ‘alâ fî dunuwwihi. (82)
Wahai Yang Memberi nikmat dengan
karunia-Nya, wahai Yang Mulia dengan kedermawanan-Nya,wahai Yang Dermawan
dengan kelembutan-Nya, wahai Yang Perkasa dengan kekuasaan-Nya, wahai Yang
Menentukan dengan kebijaksanaan-Nya, wahai Yang Menghukumi dengan aturan-Nya,
wahai Yang Mengatur dengan ilmu-Nya, wahai Yang Mengampuni dengan
kesabaran-Nya, waha Yang Dekat dalam keluhuran-Nya, wahai Yang Luhur dalam
kedekatan-Nya.
yâ
man yakhluqu mâ yasyâ`, yâ man yaf’alu mâ yasyâ`, yâ man yahdî man yasyâ`, yâ
man yudhillu man yasyâ`, yâ man yu’adzdzibu man yasyâ`, yâ man yaghfiru liman
yasyâ`, yâ man yu’izzu man yasyâ`, yâ man yudzillu man yasyâ`, yâ man yushowwiru
fil arhâmi mâ yasyâ`, yâ man yakhtashshû birohmatihi man yasyâ`. (83)
Wahai Yang Menciptakan apapun yang Dia
inginkan, wahai Yang Berbuat apapun yang Dia inginkan, wahai Yang Memberi
petunjuk kepada siapapun yang Dia inginkan, wahai Yang Menyesatkan siapapun
yang Dia inginkan, wahai Yang Mengadzab siapapun yang Dia inginkan, wahai Yang
Mengampuni siapapun yang Dia inginkan, wahai Yang Mengokohkan siapapun yang Dia
inginkan, wahai Yang Melemahkan siapapun yang Dia inginkan, wahai Yang
Membentuk dalam rahim-rahim apapun yang Dia inginkan, wahai Yang Mengkhususkan
rahmat-Nya kepada siapa pun yang Dia inginkan.
yâ man lam yattakhidz shôhibatan walâ
waladan, yâ man ja’ala likulli syay`in qodron, yâ man lâ yusyriku fî hukmihi
ahadan, yâ man ja’alal malâ`ikata rusulan, yâ man ja’ala fis samâ`i
burûjan, yâ man ja’alal ardho qorôron, yâ man kholaqo minal mâ`i basyaron, yâ
man ja’ala likulli syay`in amadan, yâ man ahâtho bikulli syay`in ‘ilman,
yâ man ahshô kulla syay`in ‘adadan. (84)
Wahai Yang tidak beristri dan tidak pula
beranak, wahai Yang Menjadikan segala sesuatu mempunyai kadar ukuran, wahai
Yang tidak bersekutu dengan sesuatu pun dalam keputusan-Nya, wahai Yang
Menjadikan utusan-utusan dari bangsa malaikat, wahai Yang Menjadikan
galaksi-galaksi di langit, wahai Yang Menjadikan bumi sebagai tempat tinggal,
wahai Yang Menciptakan manusia dari air, wahai Yang Menjadikan segala sesuatu
mempunyai masa, wahai Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, wahai Yang
Menghitung segala sesuatu dengan perhitungan yang cermat.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ awwalu, yâ
âkhiru, yâ dhôhiru, yâ bâthinu, yâ barru, yâ haqqu, yâ fardu, yâ witru,
yâ shomadu, yâ sarmadu. (85)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Maha Awal, wahai Yang
Maha Akhir, wahai Yang Maha Zhahir, wahai Yang Maha Bathin, wahai Yang Maha
Baik, wahai Yang Maha Sejati, wahai Yang Maha Sendiri, wahai Yang Maha Ganjil,
wahai Tempat bergantung, wahai Yang Maha Langgeng.
yâ khoyro ma’rûfin ‘urifa, yâ afdhola ma’bûdin
‘ubida, yâ ajalla masykûrin syukiro, yâ a’azza madzkûrin dzukiro, yâ a’lâ mahmûdin
humida, yâ aqdama mawjûdin thuliba, yâ arfa’a mawshûfin wushifa, yâ
akbaro maqshûdin qushida, yâ akroma mas`ûlin su`ila, yâ asyrofa mahbûbin
‘ulima. (86)
Wahai Sebaik-baik Yang Dikenal dari yang
pernah dikenal, wahai Seutama-utama Yang Disembah dari yang pernah disembah,
wahai Seagung-agung Yang Disyukuri dari yang pernah disyukuri, wahai
Seperkasa-perkasa Yang Diingat dari yang pernah diingat, wahai Setinggi-tinggi
Yang Dipuji dari yang pernah dipuji, wahai Yang Ada Terdahulu dari yang pernah
dicari, wahai Setinggi-tinggi Yang Disifati dari yang pernah disifati, wahai
Sebesar-besar Yang Dimaksud dari yang pernah dimaksud, wahai Semulia-mulia yang
Dimintai dari yang pernah dimintai, wahai Semulia-mulia Yang Dicintai dari yang
pernah diketahui.
yâ habîbal bâkîn, yâ sayyidal mutawakkilîn,
yâ hâdiyal mudhillîn, yâ waliyyal mu`minîn, yâ anîsadz dzâkirîn, yâ mafza’al
malhûfîn, yâ munjiyash shôdiqîn, yâ aqdarol qôdirîn, yâ a’lamal ‘âlimîn, yâ
ilâhal kholqi ajma’în. (87)
Wahai Kekasih bagi orang-orang yang
meratap-menangis, wahai Tuan dari orang-orang yang bertawakkal, wahai Yang
Memberi petunjuk orang-orang yang tersesat, wahai Pemimpin orang-orang yang
terpercaya, wahai Teman bagi orang-orang yang berdzikir, wahai Tempat berlari
bagi orang-orang yang berduka, wahai Yang Menyelamatkan orang-orang yang
jujur-benar, wahai Yang Paling Berkuasa diantara yang berkuasa, wahai Yang
Paling Mengetahui diantara yang mengetahui, wahai Tuhan dari semua makhluk
ciptaan.
yâ man ‘alâ faqohar, yâ man malaka faqodar, yâ man
bathona fakhobar, yâ man ‘ubida fasyakar, yâ man ‘ushiya faghofar, yâ man lâ tahwîhil
fikar, yâ man lâ yudrikuhû bashor, yâ man lâ yakhfâ ‘alayhi atsar, yâ rôziqol
basyar, yâ muqoddiro kulli qodar. (88)
Wahai Yang Meninggikan lalu Menundukkan,
wahai Yang Merajai lalu Menguasai, wahai Yang Menyembunyikan lalu
Mengungkapkan, wahai Yang Disembah lalu Bersyukur, wahai Yang Didurhakai lalu
Mengampuni, wahai Yang tidak dapat dihimpun oleh pikiran, wahai Yang tidak
dapat dicapai oleh mata (kepala), wahai Yang tidak ada sesuatupun yang
tersembunyi bagi-Nya, wahai Yang Memberi rizki umat manusia, wahai Yang
Menentukan segala ketentuan takdir.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ hâfizhu,
yâ bâri`u, yâ dzâri`u, yâ bâdzikhu, yâ fâriju, yâ fâtihu, yâ kâsyifu, yâ
dhôminu, yâ âmiru, yâ nâhî. (89)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Memelihara, wahai Yang
Mencipta, wahai Yang Menabur, wahai Yang (berhak) Angkuh, wahai Yang
Membahagiakan, wahai Yang Membuka, wahai Yang Menyingkapkan, wahai Yang
Menjamin, wahai Yang Memerintah, wahai Yang Melarang.
yâ man lâ ya’lamul ghoyba illâ huwa, yâ man lâ
yashrifus sû`a illâ huwa, yâ man lâ yakhluqul kholqo illâ huwa, yâ man lâ
yaghfirudz dzanba illâ huwa, yâ man lâ yutimmun ni’mata illâ huwa, yâ man lâ
yuqollibul qulûba illâ huwa, yâ man lâ yudabbirol amro illâ huwa, yâ man lâ
yunazzilul ghoytsa illâ huwa, yâ man lâ yabsuthur rizqo illâ huwa, yâ man lâ yuhyil
mawta illâ huwa. (90)
Wahai Yang Tak Dapat mengetahui
keghaiban selain Dia, wahai Yang Tak Dapat merubah keburukan selain Dia, wahai
Yang Tak Dapat menciptakan makhluk selain Dia, wahai Yang Tak Dapat mengampuni
dosa selain Dia, wahai Yang Tak Dapat menyempurnakan nikmat selain Dia, wahai
Yang Tak Dapat membolak-balikkan hati selain Dia, wahai Yang Tak Dapat mengatur
urusan selain Dia, wahai Yang Tak Dapat menurunkan pertolongan selain Dia,
wahai Yang Tak Dapat memberi rizki selain Dia, wahai Yang Tak Dapat
menghidupkan yang mati selain Dia.
yâ mu’înadh dhu’afâ`, yâ shôhibal ghurobâ`,
yâ nâshirol awliyâ`, yâ qôhirol a’dâ`, yâ rôfi’as samâ`, yâ anîsal ashfiyâ`, yâ
habîbal atqiyâ`, yâ kanzal fuqorô`, yâ ilâhal aghniyâ`, yâ akromal
kuromâ`. (91)
Wahai Penolong orang-orang yang lemah,
wahai Sahabat orang-orang yang terasing, wahai Penolong para kekasih-Nya, wahai
Yang Menundukan musuh-musuh-Nya, wahai Yang Meninggikan langit, wahai Penghibur
orang-orang yang terpilih, wahai Kekasih orang-orang yang bertakwa, wahai
Simpanan orang-orang yang fakir, wahai Tuhan orang-orang kaya, wahai Yang Maha
Dermawan dari semua yang dermawan.
yâ kâfiyan min kulli syay`in, yâ qô`iman ‘alâ kulli
syay`in, yâ man lâ yusybihuhu syay`un, yâ man lâ yazîdu fî mulkihi syay`un, yâ
man lâ yakhfâ ‘alayhi syay`un, yâ man lâ yanqushû min khozâ`inihi syay`un, yâ
man laysa kamitslihi syay`un, yâ man lâ ya’zubu ‘an ‘ilmihi syay`un, yâ man
huwa khobîrun bikulli syay`in, yâ man wasi’at rohmatuhû kulla syay`in. (92)
Wahai Yang Serba Cukup dari segala
sesuatu, wahai Yang Berkuasa atas segala sesuatu, wahai Yang segala sesuatu
tidak ada yang membandingi-Nya, wahai Yang segala sesuatu tidak menambah
kerajaan-Nya, wahai Yang segala sesuatu tidak ada yang bersembunyi dari-Nya,
wahai Yang segala sesuatu tidak mengurangi khazanah-Nya, wahai Yang tidak ada
sesuatu pun yang menyerupai-Nya, wahai Yang tidak ada sesuatu pun luput dari
pengetahuan-Nya, wahai Dialah Yang Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu,
wahai Yang rahmat-Nya mencakup segala sesuatu.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ mukrimu, yâ
muth’imu, yâ mun’imu, yâ mu’thî, yâ mughnî, yâ muqnî, yâ mufnî, yâ muhyî,
yâ murdhî, yâ munjî. (93)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Memuliakan, wahai Yang
Memberi makan, wahai Yang Memberi nikmat, wahai Yang Menganugerahi, wahai Yang
Memberi kekayaan, wahai Yang Memberi kesempatan, wahai Yang Memusnahkan, wahai
Yang Menghidupkan, wahai Yang Meridhai, wahai Yang Menyelamatkan.
yâ awwala kulli syay`in wa âkhirohu, yâ ilâha kulli
syay`in wa malîkahu, yâ robba kulli syay`in wa shôni’ahu, yâ bâri`a kulli
syay`in wa khôliqohu, yâ qôbidho kulli syay`in wa bâsithohu, yâ mubdi`a kulli
syay`in wa mu’îdahu, yâ munsyi`a kulli syay`in wa muqoddirohu, yâ mukawwina
kulli syay`in wa muhawwilahu, yâ muhyiya kulli syay`in wa
mumîtahu, yâ khôliqo kulli syay`in wa wâritsahu. (94)
Wahai Awal segala sesuatu dan Akhirnya,
wahai Tuhan segala sesuatu dan Rajanya, wahai Yang Memelihara segala sesuatu
dan Pembuatnya, wahai Yang Membaharui segala sesuatu dan Penciptanya, wahai
Yang Menyempitkan segala sesuatu dan Yang Meluaskannya, wahai Yang Memulai
segala sesuatu dan Yang Mengulanginya, wahai Yang Menghendaki segala sesuatu
dan Yang Menentukannya, wahai Yang Membentuk segala sesuatu dan Yang
Merubahnya, wahai Yang Menghidupkan segala sesuatu dan Yang Mematikannya, wahai
Yang Mencipta segala sesuatu dan Yang Mewarisinya.
yâ khoyro dzâkirin wa madzkûrin, yâ khoyro syâkirin
wa masykûrin, yâ khoyro hâmidin wa mahmûdin, yâ khoyro syâhidin
wa masyhûdin, yâ khoyro dâ`in wa mad’uwwin, yâ khoyro mujîbin wa mujâbin, yâ
khoyro mû`nisin wa anîsin, yâ khoyro shôhibin wa jalîsin, yâ khoyro
maqshûdin wa mathlûbin, yâ khoyro habîbin wa mahbûbin. (95)
Wahai Sebaik-baik Yang Mengingat dan
Yang Diingat, Wahai Sebaik-baik Yang Mensyukuri dan Yang Disyukuri, Wahai
Sebaik-baik Yang Memuji dan Yang Dipuji, Wahai Sebaik-baik Yang Menyaksikan dan
Yang Disaksikan, Wahai Sebaik-baik Penyeru dan Yang Diseru, Wahai Sebaik-baik
Yang Menjawab dan Yang Dijawab, Wahai Sebaik-baik Yang Menentramkan dan Yang
Tentram, Wahai Sebaik-baik Sahabat dan Teman duduk, Wahai Sebaik-baik Yang
Dituju dan Yang Dicari, Wahai Sebaik-baik Pecinta dan Yang Dicinta.
yâ man huwa liman da’âhû mujîbun, yâ man huwa liman
athô’ahû habîbun, yâ man huwa ilâ man ahabbahû qorîbun, yâ man
huwa bimanistahfazhohû roqîbun, yâ man huwa biman rojâhû karîmun, yâ man
huwa biman ‘ashôhû halîmun, yâ man huwa fî ‘azhomatihi rohîmun,
yâ man huwa fî hikmatihi ‘azhîmun, yâ man huwa fî ihsânihi
qodîmun, yâ man huwa biman arôdahû ‘alîmun. (96)
Wahai Dialah Yang Menjawab orang yang
berdoa kepada-Nya, wahai Kekasih orang yang taat kepada-Nya, wahai Yang dekat
dengan orang yang mencintai-Nya, wahai Yang Mengawasi terhadap orang yang meminta
penjagaan-Nya, wahai Yang Dermawan terhadap orang yang mengharap pada-Nya,
wahai Yang (tetap) Penyantun terhadap orang yang bermaksiat kepada-Nya, wahai
Yang Penyayang dalam keagungan-Nya, wahai Yang Maha agung dalam
kebijaksanaan-Nya, wahai Yang Terdahulu dalam Kebaikan-Nya, wahai Yang
Mengetahui orang yang menghendaki-Nya.
allôhumma innî as`aluka bismika: yâ musabbibu, yâ
muroghghibu, yâ muqollibu, yâ mu’aqqibu, yâ murottibu, yâ mukhowwifu, yâ muhadzdziru,
yâ mudzakkiru, yâ musakhkhiru, yâ mughoyyiru. (97)
Oh, Allah! Sesungguhnya hamba ini
memohon kepadamu dengan (menyebut) Nama-Mu: Wahai Yang Mengadakan sebab, wahai
Yang Menciptakan keinginan, wahai Yang Membolak-balikkan, wahai Yang Memberi
akibat, wahai Yang Menertibkan, wahai Yang Memberi ketakutan, wahai Yang
Memperingatkan, wahai Yang Mengingatkan, wahai Yang Menundukkan, wahai Yang
Merubah.
yâ man ‘ilmuhû sâbiqun, yâ man wa’duhû shôdiqun, yâ
man luthfuhû zhôhirun, yâ man amruhû ghôlibun, yâ man kitâbuhû muhkamun,
yâ man qodhô`uhû kâ`inun, yâ man qur`ânuhû majîdun, yâ man mulkuhû qodîmun, yâ
man fadhluhû ‘amîmun, yâ man ‘arsyuhû ‘azhîmun. (98)
Wahai Yang ilmu-Nya terdahulu, wahai
Yang janji-Nya benar, wahai Yang kelembutan-Nya Nampak, wahai Yang perintah-Nya
sukses terlaksana, wahai Yang kitab-Nya pasti, wahai Yang ketetapan-Nya tak
bisa dihindari, wahai Yang Qur’an-Nya mulia, wahai Yang kekuasaan-Nya
terdahulu, wahai Yang karunia-Nya merata, wahai Yang Arsy-Nya agung.
yâ man lâ yasyghaluhû sam’un ‘an sam’in, yâ man lâ
yamna’uhû fi’lun ‘an fi’lin, yâ man lâ yulhîhi qowlun ‘an qowlin, yâ man lâ
yughollithuhû su`âlun ‘an su`âlin, yâ man lâ yahjubuhû syay`un ‘an syay`in, yâ man lâ yubrimuhû ilhâhul mulihhîn, yâ man huwa
ghôyatu murôdil murîdîn, yâ man huwa muntahâ himamil ‘ârifîn, yâ man huwa
muntahâ tholabith thôlibîn, yâ man lâ yakhfâ ‘alayhi dzarrotun fil ‘âlamîn. (99)
Wahai Yang pendengaran demi pendengaran
tidak menyibukkan-Nya, wahai Yang perbuatan demi perbuatan tidak mencegah-Nya,
wahai Yang perkataan demi perkataan tidak diremehkan-Nya, wahai Yang permohonan
demi permohonan tidak ditolak-Nya, wahai Yang sesuatu demi sesuatu tidak ada
yang menutupi-Nya, wahai Yang Tidak Terusik oleh penentang orang-orang yang
menentang, wahai Dialah Puncak Tujuan orang-orang yang berkehendak, wahai
Dialah Puncak Keinginan orang-orang yang arif, wahai Dialah Puncak Harapan para
pencari, wahai Dialah Yang tak tersembunyi dari-Nya sebesar atom pun di alam
semesta.
yâ halîman lâ ya’jalu, yâ
jawâdan lâ yabkholu, yâ shôdiqon lâ yukhlifu, yâ wahhâban lâ yamallu, yâ
qôhiron lâ yaghlibu, yâ ‘azhîman lâ yûshofu, yâ ‘adlan lâ yahîfu, yâ
ghoniyyan lâ yaftaqiru, yâ kabîron lâ yashghuru, yâ hâfizhon lâ
yaghfulu. (100)
Wahai Yang Sabar dan tidak pernah
tergesa-tergesa, wahai Yang Dermawan dan tidak pernah bakhil, wahai Yang Benar
tidak pernah menyalahi janji-Nya, wahai Yang Banyak Memberi dan tidak pernah
menyesali, wahai Yang Maha Perkasa dan tak pernah dikalahkan, wahai Yang Agung
dan tak tersifati, wahai Yang Adil dan tidak pernah menzalimi, wahai Yang Maha
Kaya dan tidak pernah membutuhkan, wahai Yang Maha Besar dan tidak pernah
terhina, wahai Yang Maha Menjaga dan tidak pernah lupa.
subhânaka yâ lâ ilâha illâ ant,
al-ghowts al-ghowts, khollishnâ minan nâri yâ robbi.
Maha Suci Engkau Yang tidak ada Tuhan
selain Engkau, tolonglah... tolonglah..., bebaskan kami dari api neraka, Wahai
Tuhanku.
subhânaka yâ lâ ilâha illâ
antal ghowtsal ghowtsa, sholli ‘alâ muhammadin wa âli muhammad,
khollishnâ minan nâri yâ robbi. (Maha Suci
Engkau Yang tidak ada Tuhan selain Engkau, tolonglah... tolonglah...,
curahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, bebaskan kami dari api
neraka, wahai Tuhanku).
Langganan:
Postingan (Atom)